Sonora.ID - Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan menggelar kampanye Jalan Hijau dengan fokus mengajak masyarakat kembali menggunakan transportasi publik.
Hal ini dilakukan imbas naiknya indeks kemacetan di Jabodetabek setelah berakhirnya Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) per 31 Desember 2022 lalu.
Diketahui selama pandemi, banyak masyarakat yang sebelumnya sudah menggunakan transportasi publik beralih menggunakan kendaraan bermotor pribadi dengan alasan agar terhindar dari Covid-19.
Kepala BPTJ Umar Aris mengungkapkan, dampak dan kerugian akibat kemacetan sangat serius karena berpotensi menurunkan kualitas hidup dan produktivitas warga.
Selain menyebabkan persoalan lingkungan yaitu pencemaran udara yang mengakibatkan berbagai macam penyakit pernafasan, kemacetan juga berdampak besar terhadap ekonomi.
Baca Juga: Macet Kembali Melanda, BPTJ Intensifkan Kampanye Jalan Hijau
Dalam laporan studi Bank Dunia pada 2019 mencatat dampak kemacetan di enam kota metropolitan termasuk Jabodetabek (lima kota lainnya yaitu Medan, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Makassar) mengakibatkan kerugian ekonomi mencapai Rp71,4 triliun per tahun akibat pemborosan bahan bakar dan waktu yang hilang di kota metropolitan.
“Kampanye Jalan Hijau menjadi relevan guna mendorong masyarakat Jabodetabek untuk berpindah menggunakan angkutan umum massal sekaligus pemanfaatan non motorized transportation atau NMT baik dalam bentuk berjalan kaki maupun bersepeda. Semakin tinggi masyarakat meninggalkan kendaraan pribadi bermotor serta berpindah menggunakan angkutan umum massal dan pemanfaatan berjalankaki serta bersepeda, secara langsung akan berpengaruh pada kondisi ramah lingkungan di wilayah ini,” ujar Umar Aris dalam sambutan tertulisnyapada talkshow hybrid “Capek Kan Bawa Kendaraan Sendiri!!! Kuy... Mending Naik Transportasi Umum Aja” yang diselenggarakan oleh BTPJ di Jakarta (15/2).
Menurut Umar Aris, permasalahan kemacetan kronis di wilayah Jabodetabek adalah salah satu yang melatarbelakangi Kampanye Jalan Hijau yang sudah diselenggarakan sejak 2019.
Saat ini, Jabodetabek dengan jumlah penduduk lebih dari 30 juta telah menjelma menjadi wilayah teraglomerasi yang memiliki ketergantungan antar wilayah yang sangat tinggi. Kondisi ini menyebabkan tingginya pergerakan yang terjadi di wilayah ini.
Pada tahun 2018 saja, setidaknya total jumlah pergerakan di Jabodetabek mencapai 88,2 juta trip/hari yang terdiri dari pergerakan di dalam Jakarta sebesar 21,2 juta trip/hari, commuter 6,4 juta trip/hari dan pergerakan di dalam suburban 60,6 juta trip/hari.
Namun pada kenyataannya, lanjut Umar Aris, dari total pergerakan masyarakat di Jabodetabek, pemanfaatan kendaraan pribadi bermotor masih sangat dominan.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh BPTJ, pergerakan menggunakan angkutan umum massal pada 2022, baru tercapai 27,7%. Padahal, pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ) pada 2029 diharapkan bisa mencapai 60% pergerakan menggunakan angkutan umum massal.
“Kami mengajak semua pihak untuk menyebarluaskan pesan dan ajakan agar masyarakat Jabodetabek mulai mengarahkan animo untuk kembali menggunakan transportasi umum,” pungkas Umar Aris.
Dalam talkshow tersebut, hadir juga pembicara Direktur Angkutan BPTJ Tatan Rustandi; Pengamat Perkotaan Universitas Trisakti Yayat Supriatna; Pengamat Sosial Universitas Indonesia Devie Rahmawati; dan Imela K Soetman (Artis/Vokalis Ten2Five).
Sebagai informasi, talkshow hybrid ini merupakan keberlanjutan dari Kampanye Jalan Hijau yang pertama kali digelar pada 19-22 Agustus 2019. K egiatan yang dilakukan yaitu dengan turun langsung ke jalanan di empat titik meliputi Jalur Pedestrian Dukuh Atas, Stasiun Juanda, Simpang 2Bekasi Cyber Park (BCP) Bekasi, dan Simpang Cijago, Depok.
Setahun kemudian (2020), Kampanye Jalan Hijau direalisasikan melalui Soft Launching Fasilitas Bagasi Sepeda Gratis Bagi Pengguna Layanan Bus Jabodetabek Residence Connexion (JRC) yang dihadiri oleh Menteri Perhubungan.
Pada tahun 2021, Jalan Hijau diselenggarakan secara berbeda, dengan mengusung nama Gerakan Jalan Hijau, yang menitikberatkan pada suatu gerakan yang melibatkan partisipasi publik untuk bersama sama mengurangi penggunaan kendaraan pribadi untuk beralih penggunaan angkutan umum massal serta pemanfaatan NMT. Gerakan jalan hijau ini dikemas dalam bentuk Jalan Hijau Achievement Award 2021 berupa pemberian apresiasi atau award kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam program Jalan Hijau dan juga Kesepakatan Sosialisasi Bersama.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News