7 Contoh Puisi Balada yang Terkenal dan Mengandung Nilai Karakter

6 Maret 2023 15:15 WIB
Contoh puisi balada.
Contoh puisi balada. ( pexels.com)

lalu meluap ke mana-mana.

“Ia suka berpikir,” kata Siapa,

“itu sangat berbahaya.”

Marsinah tak ingin menyulut api,

ia hanya memutar jarum arloji

agar sesuai dengan matahari.

“Ia tahu hakikat waktu,” kata Siapa,

“dan harus dikembalikan

ke asalnya, debu.”

/3/

Di hari baik bulan baik,

Marsinah dijemput di rumah tumpangan

untuk suatu perhelatan.

Ia diantar ke rumah Siapa,

a disekap di ruang pengap,

ia diikat di kursi,

mereka kira waktu bisa disumpal

agar lengkingan detiknya

tidak kedengaran lagi.

Ia tidak diberi air,

ia tidak diberi nasi,

detik pun gerah

berloncatan ke sana ke mari.

Dalam perhelatan itu,

kepalanya ditetak,

selangkangannya diacak-acak,

dantubuhnya dibirulebamkan

dengan besi batangan.

Detik pun tergeletak,

Marsinah pun abadi.

(Sapardi Djoko Damono)

Baca Juga: 7 Puisi Motivasi Penyemangat nan Hangat dari Para Penyair Ternama

Jante Arkidam

Sepasang mata biji saga

Tajam tangannya lelancip gobang

Berebahan tubuh-tubuh lalang dia tebang

Arkidam, Jante Arkidam

Dinding tembok hanyalah tabir embun

Lunak besi dilengkungkannya

Tubuhnya lolos di tiap liang sinar

Arkidam, Jante Arkidam

Di penjudian di peralatan

Hanyalah satu jagoan

Arkidam, Jante Arkidam

Malam berudara tuba

Jante merajai kegelapan

Disibaknya ruji besi pegadean

Malam berudara lembut

Jante merajai kalangan ronggeng

Ia menari, ia ketawa

‘Mantri polisi lihat kemari!

Bakar meja judi dengan uangku sepenuh saku

Wedana jangan ketawa sendiri!

Tangkaplah satu ronggeng berpantat padat

Bersama Jante Arkidam menari

Telah kusibak ruji besi’

Berpandangan wedana dan mantri polisi

Jante, jante Arkidam!

Telah dibongkarnya pegadaean malam tadi

Dan kini ia menari

‘Aku, akulah Jante Arkidam

Siapa berani melangkah kutigas tubuhnya batang pisang

Tajam tanganku lelancip gobang

Telah kulipat rujibesi’

Diam ketakutan seluruh kalangan

Memandang kepada Jante bermata kembang sepatu

‘Mengapa kalian memandang begitu?

Menarilah, malam senyampang lalu!’

Hidup kembali kalangan, hidup kembali perjudian

Jante masih menari berselempang selendang

Diteguknya sloki ke sembilan likur

Waktu mentari bangun, Jante tertidur

Kala terbangun dari mabuknya

Mantri polisi berdiri di sisi kiri:

‘Jante, Jante Arkidam, Nusa Kambangan!’

Digisiknya mata yang sidik

‘Mantri polisi, tindakanmu betina punya!

Membokong orang yang nyenyak’

Arkidam diam dirante kedua belah tangan

Dendamnya merah lidah ular tanah

Sebelum habis hari pertama

Jante pilin ruji penjara

Dia minggat meniti cahya

Sebelum tiba malam pertama

Terbenam tubuh mantri polisi di dasar kali

‘Siapa lelaki menuntut bela?

Datanglah kala aku jaga!’

Teriaknya gaung dilunas malam

Dan Jante di atas jembatan

Tak ada orang yang datang

Jante hincit menikam kelam

Janda yang lakinya terbunuh di dasar kali

Jante datang ke pangkuannya

Mulut mana yang tak direguknya

Dada mana tak diperasnya?

Bidang riap berbulu hitam

Ruas tulangnya panjang-panjang

Telah terbenam beratus perempuan

Di wajahnya yang tegap

Betina mana yang tak ditaklukannya?

Mulutnya manis jeruk garut

Lidahnya serbuk kelapa puan

Kumisnya tajam sapu ijuk

Arkidam, Jante Arkidam

Teng tiga di tangsi polisi

Jante terbangun ketiga kali

Diremasnya rambut hitam janda bawahnya

Teng kelima di tangsi polisi

Jante terbangun dari lelapnya

Perempuan berkhianat, tak ada di sisinya

Berdegap langkah mengepung rumah

Didengarnya lelaki menantang:

‘Jante, bangun! Kami datang jika kau jaga!’

‘Datang saja yang jantan

Kutunggu di atas ranjang’

‘Mana Jante yang berani

Hingga tak keluar menemui kami?’

‘Tubuh kalian batang pisang

Tajam tanganku lelancip pedang’

Menembus genteng kaca Jante berdiri di atas atap

Memandang hina pada orang yang banyak

Dipejamkan matanya dan ia sudah berdiri di atas tanah

‘He, lelaki mata badak lihatlah yang tegas

Jante Arkidam ada di mana?’

Berpaling seluruh mata ke belakang

Jante Arkidam lolos dari kepungan

Dan masuk ke kebun tebu

‘Kejar jahanam yang lari!’

Jante dikepung lelaki satu kampung

Di lingkung kebun tebu mulai berbunga

Jante sembunyi di lorong dalamnya

‘Keluar Jante yang sakti!’

Digelengkannya kepala yang angkuh

Sekejap Jante telah bersanggul

‘Alangkah cantik perempuan yang lewat

Adakah ketemu Jante di dalam kebun?’

‘Jante? Tak kusua barang seorang

Masih samar dilorong dalam’

‘Alangkah eneng bergegas

Adakah yang diburu?’

‘Jangan hadang jalanku

Pasar kan segera usai!’

Sesudah jauh Jante dari mereka

Kembali dijelmakan dirinya

‘He, lelaki sekampung bermata dadu

Apa kerja kalian mengantuk di situ?’

Berpalingan lelaki ke arah Jante

Ia telah lolos dari kepungan

Kembali Jante diburu

Lari dalam gelap

Meniti muka air kali

Tiba di persembunyiannya

(Ajip Rosidi)

Balada Pembungkus Tempe

Fermentasi asa

Mengharap sempurna

Bentuk utuh nan konyol

Rasa, karsa tempe

Pembungkus yang berjasa

Penuh kisah bertulis duka lara

Dibuang tanpa dibaca

Pembungkus tempe

Bukan plastik tapi kertas usang tak terpakai

Masihkah ada yang membelai sebelum membuangnya?

(W.S. Rendra).

Baca Juga: Contoh Puisi Naratif Lengkap dengan Pengertian dan Jenis-jenisnya

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm