Kemenkeu Klaim Fiskal Indonesia Terjaga Baik dan Ekspor Alami Surplus pada 2022

28 November 2023 12:25 WIB
Febrio Kacaribu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, saat menghadiri Smart Business Outlook 2024: Peluang Bisnis dan Disrupsi Teknologi.
Febrio Kacaribu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, saat menghadiri Smart Business Outlook 2024: Peluang Bisnis dan Disrupsi Teknologi. ( Sonora/Nisa Rahmia)

Sonora.ID - Indonesia berhasil menjaga fiskal dengan sangat baik pada 2022 meski harga minyak naik, bahkan mengalami surplus dalam bidang ekspor.

Hal itu disampaikan Febrio Kacaribu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, saat menghadiri Smart Business Outlook 2024: Peluang Bisnis dan Disrupsi Teknologi yang diadakan di Flores Ballroom, Hotel Borobudur Jakarta, pada Selasa (28/11/2023).

Acara ini digelar oleh Smart FM yang merupakan bagian dari Kompas Gramedia Radio Network (KGRN).

"Kita pastikan harga minyak bisa tinggi, tetapi karena kita kelola fiskal kita dengan baik, extra revenuekebutuhan kita menjadi shock absorber dari APBN," ujar Febrio.

Berkat pengelolaan fiskal yang baik dan APBN sebagai shock absorber, lanjut Febrio, harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak perlu dinaikkan dengan segera dan risiko makro relatif sangat terjaga.

Baca Juga: Smart FM Gelar Smart Business Outlook 2024: Peluang Bisnis dan Disrupsi Teknologi

"Akhirnya kita naikkan (BBM) waktu itu di bulan September 2022. Tetap itu kemudian bisa kita absorb dengan sangat baik. Inflasi kita jaga turun, daya beli masyarakat kita jaga juga," katanya.

Fiskal juga menjadi salah satu indikator yang menjadikan suatu negara tahan terhadap risiko global yang dilihat dari defisit bujet.

Febrio mengklaim bahwa Pemerintah Indonesia sangat kuat dan persisten tentang hal ini.

Dengan demikian, ketika ada gejolak secara global, defisit Indonesia tidak akan terlalu terancam.

Selain menjaga fiskal, hal penting dan fundamental lainnya dalam perekonomian negara adalah current account atau simpelnya jumlah ekspor dikurangi impor.

"Apabila current account defisit, itu artinya, kita impornya lebih banyak dari ekspor secara terus-menurus," papar Febrio.

Kabar baiknya, pada 2022, Indonesia tidak mengalami current account defisit, tapi justru mengalami surplus karena Indonesia lebih banyak mengekspor.

Dipasangkan dengan fiskal yang baik dan ekspor yang lebih banyak, Indonesia mengalami perkembangan dan tidak mengalami depresiasi selama dua tahun belakang ini.

Baca Juga: Kepala BRIN: Indonesia punya Peluang Ekonomi Berbasis Pengetahuan

Ini merupakan perkembangan yang positif. Apalagi, kata Febrio, Indonesia mengalami current account defisit selama 10 tahun lebih sebelum 2020.

"Ini adalah tren yang harus kita pertahankan," ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal itu dalam Smart Business Outlook 2024: Peluang Bisnis dan Disrupsi Teknologi.

Acara ini didukung oleh PT Bank Central Asia Tbk, LRT Jabodebek, JEC Eye Hospitals & Clinics, Fulaz dari PT. Lapi Laboratories, PT Multi Medika Internasional, Consina The Outdoor Lifestyle, Garuda Indonesia, dan Hotel Borobudur Jakarta.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm