Khutbah Jumat 22 Maret 2024: Evaluasi Ibadah Puasa Selama 10 Hari Pertama Ramadhan

21 Maret 2024 10:15 WIB
Ilustrasi sholat jumat
Ilustrasi sholat jumat ( banjarmasinpost.co.id/achmad maudhody Artikel ini telah tayang di BanjarmasinPost.co.id dengan jud)

Sonora.ID - Berikut ini simak khutbah Jumat edisi 22 Maret 2024.

Salat Jumat merupakan kewajiban bagi setiap muslim, terutama laki-laki, untuk menunaikannya.

Sedikit berbeda dengan salat lima waktu, salat Jumat diawali dengan dua khotbah dari khatib.

Pada edisi tersebut akan membahas mengenai ‘Evaluasi Ibadah Puasa Selama 10 Hari Pertama Ramadhan'.

Khutbah ini bertujuan untuk mengingatkan umat muslim untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT di bulan istimewa atau Ramadhan ini supaya ibadah diterima Allah SWT.

Berikut ini khutbah Jumat 22 Maret 2024 dikutip dari NU Online, yuk simak:

Evaluasi Ibadah Puasa Selama 10 Hari Pertama Ramadhan

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah, 

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang terus menerus memberikan kita semua nikmat, hidayah, dan inayah untuk terus istiqamah dalam menjalankan ibadah kepada-Nya.
Sehingga kita bisa menunaikan kewajiban puasa di bulan Ramadhan dengan penuh semangat dan istiqamah.

Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan pengikutnya.

Selanjutnya, melalui mimbar yang mulia ini, khatib mengajak kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang turut hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini.
Untuk terus istiqamah dalam menjalankan ibadah, dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, serta menjauhi semua larangan-larangan-Nya.
Sebab, tidak ada bekal yang paling baik untuk kita bawa menuju akhirat selain ketakwaan.

Baca Juga: Bacaan Doa Kamilin setelah Sholat Tarawih, Lengkap dengan Arab, Latin, dan Arti

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Saat ini kita semua sudah berada di 10 hari pertama bulan Ramadhan.
Itu artinya sebentar lagi bulan yang penuh berkah dan ampunan ini akan meninggalkan kita semua, dan akan datang di tahun berikutnya.
Entah kita semua masih ada di bulan tersebut, atau justru kematian sudah mendahuluinya.
Oleh karenanya, mari sejenak kita evaluasi perihal ibadah-ibadah yang kita lakukan selama bulan Ramadhan ini. Sudah benarkah ibadah yang kita lakukan, mulai dari puasa, shalat, zakat, dan lainnya?

Pada dasarnya, kita semua diwajibkan oleh Allah SWT untuk berpuasa selama satu bulan bukan dengan tujuan lapar, dahaga, dan merasakan kesukaran. Namun, di balik semua itu terdapat hikmah yang sangat banyak.
Hikmah yang pertama, yaitu agar dengan berpuasa kita semua bisa menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah SWT.

Sebagaimana tujuan pokok diwajibkannya puasa kepada orang-orang yang beriman yaitu agar mereka bisa menjadi hamba yang bertakwa.
Hal ini sebagaimana telah ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an, Dia berfirman, yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sbelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al-Baqarah [2]: 183)

Ayat di atas merupakan memiliki nilai adiluhung, bahwa puasa seharusnya bisa menjadi mediator bagi kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah.
Dengan berpuasa, seseorang sudah berkomitmen menyempurnakan ketakwaannya, sebagaimana definisi dari takwa itu sendiri.

Yaitu mengerjakan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Dari tujuan tersebut, mari kita evaluasi kembali ibadah puasa yang kita lakukan selama ini, apakah sudah menjadikan kita hamba yang benar-benar bertakwa kepada-Nya?
Sudahkan puasa menjadikan kita hamba yang benar-benar semangat dalam meningkatkan ibadah dan ketaatan kepada-Nya?

Atau justru ibadah yang kita lakukan selama ini tidak memberikan bekas apa-apa pada diri kita, nauzubillah min zalik.

Cara paling gampang untuk mengetahui ibadah puasa kita diterima atau tidak oleh Allah SWT, adalah dengan melihat semangat dan konsistensi kita untuk terus beribadah setelah bulan Ramadhan.

Baca Juga: Bacaan Wirid setelah Sholat Tarawih, Lengkap dengan Arab dan Latinnya

Jika terus semangat, menunjukkan bahwa ibadah yang kita lakukan selama bulan Ramadhan menjadi ibadah yang diterima.

Jika tidak semangat, menunjukkan bahwa ibadah kita selama ini ditolak oleh Allah. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnu Rajab dalam Kitab Lathaiful Ma’arif, yang artinya:

“Tanda-tanda diterimanya ketaatan adalah dengan konsisten terus beribadah setelahnya. Dan tanda-tanda ditolaknya ketaatan adalah dengan melakukan kemaksiatan setelahnya. Betapa mulianya suatu ibadah yang dilakukan setelah ibadah yang lain, dan betapa jeleknya sebuah keburukan yang dilakukan setelah ibadah.”

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Puasa sama halnya dengan shalat. Dalam Al-Qur’an Allah menjanjikan kebaikan bagi orang-orang yang melakukannya.
Dan juga bisa meninggalkan setiap kejelekan dan keburukan bagi yang melakukannya.
Namun, betapa banyak dari mereka yang melakukan shalat tapi masih saja bermaksiat.
Semua itu tidak lain disebabkan ketika melakukan shalat masih banyak aturan-aturan yang tidak terpenuhi.

Begitu juga dengan puasa. Jika puasa yang kita lakukan selama ini tidak bisa meningkatkan imunitas ketakwaan kepada Allah.
Menunjukkan bahwa puasa ada yang kita jalani selama satu bulan ini ada salah, ada yang kurang baik, dan ada penghalang yang membuatnya tidak bisa meningkatkan ketakwaan.
Salah satu perbuatan yang bisa merusak terhadap ibadah puasa adalah dengan berbohong, berkata kotor, dan membicarakan keburukan orang lain.
Sebagaimana yang ditegaskan oleh Nabi dalam salah satu haditsnya, yang artinya:

“Puasa adalah benteng, selama engkau tidak membakarnya. Para sahabat bertanya, dengan apa bisa membakarnya, wahai Rasulullah? Nabi menjawab: dengan berbohong, berkata kotor, membicarakan keburukan orang lain, dan adu domba,” (HR An-Nasa’i).

Dengan berpijakan pada hadits di atas, bisa kita koreksi kembali, sudahkah kita meninggalkan perbuatan-perbuatan yang bisa merusak pahala puasa di atas selama bulan Ramadhan?
Jika sudah, mari kita bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kita pertolongan agar tidak terjerumus kepadanya. Dan jika tidak, maka tidak heran jika puasa tidak bisa memberikan efek positif sedikit pun kepada kita semua.

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Demikian khutbah Jumat perihal evaluasi ibadah puasa selama bulan Ramadhan.
Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua.
Dan digolongkan sebagai hamba yang istiqamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Amin ya rabbal alamin.

Demikian ulasan mengenai khutbah Jumat edisi 22 Maret 2024. Semoga bermanfaat.

Baca Juga: 5 Hadist Sholat Jumat, Amalan yang Disyariatkan untuk Umat Islam

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm