Sonora.ID - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dirancang untuk mencukupi kebutuhan nutrisi anak-anak Indonesia dan menyasar kelompok usia tertentu. Pelaksanaan MBG telah dimulai sejak 6 Januari 2025. Namun, dalam pelaksanaannya tak lepas dari sorotan dan pro kontra di masyarakat.
Sejumlah pertanyaan mengemuka, diantaranya apakah asupan nutrisi yang diberikan sudah mencukupi kebutuhan harian anak, hingga penting atau tidaknya susu sebagai bagian dari program.
Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa pada awal promosi, pemerintah menetapkan susu sebagai komponen wajib dalam menu. Namun, dalam implementasinya, ada sekolah atau wilayah yang menyertakan susu, sementara lainnya tidak.
Ketidaksesuaian implementasi dan rancangan awal itu dapat ditelusuri dari berbagai wacana yang muncul untuk mengganti susu sebelum pelaksanaan MBG. Susu ikan hingga daun kelor disodorkan menjadi sumber protein pengganti susu.
Baca Juga: Resep Ikan Bandeng Bumbu Rujak Cocok untuk Menu Makan Siang
Pakar Gizi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Prof. Dr. Tria Astika Endah mengatakan wacana menggantikan susu dengan sumber protein lainnya tidak tepat.
Menurutnya, susu dapat memberikan kesehatan yang berbeda dari pangan nabati seperti daun kelor, bahkan pangan hewani lainnya, yang dapat sangat sulit digantikan dalam pola makan sehat.
“Paket gizi yang lengkap dalam susu memberikan berbagai manfaat kesehatan, termasuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada anak-anak,” ujar Prof Tria.
Prof Tria menjelaskan susu sangat memberi banyak manfaat untuk anak di masa pertumbuhannya. Misalnya seperti kalsium dan fosfor untuk pembentukan tulang usia anak-anak. Bahkan susu juga mengandung protein, dan asam lemak esensial seperti omega 3, omega 6, DHA yang diperlukan untuk perkembangan otak.
Selain kaya nutrisi, susu juga merupakan sumber protein yang disukai oleh siswa. Maka dari itu, Prof. Tria menyebut susu merupakan komponen penting dalam yang semakin dapat mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 mendatang.