Para pegawai TPST Nyengseret Kota Bandung sedang melakukan pemilahan sampah, Sabtu (1/2/2025) (
Dok. Diskominfo Bandung)
Bandung, Sonora.ID - Sekilas nampak ringan melakukan pemilahan sampah. Jika dalam jumlah yang sangat kecil, sepertinya mudah melakukannya. Lalu bagaimana jika sampahnya dalam jumlah yang besar? Tentunya tidak mudah.
Namun bagi 51 orang pegawai di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Nyengseret Kota Bandung, hal tersebut menjadi mudah dan ringan, bahkan menghasilkan nilai ekonomi.
Pemilahan sampah adalah langkah penting dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mendukung daur ulang. Sampah perlu dipisahkan menjadi beberapa kategori, seperti organik, anorganik, dan bahan berbahaya.
Diketahui buangan sampah di TPST Nyengseret Kota Bandung telah berhasil menekan 16,5 ton sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
"Ini merupakan hasil dari perubahan pola pengolahan sampah yang sebelumnya menerapkan sistem kumpul-angkut-buang, kini menjadi sistem pemilahan," ucap Kepala TPST Nyengseret Tati Haryati di Bandung, Sabtu (1/2/2025).
Tati menuturkan, TPST beroperasi mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB, dengan pengumpulan sampah dilakukan hingga pukul 15.00 WIB.
"Saat ini, TPST Nyengseret memiliki total 51 pegawai yang bertugas dalam pengolahan sampah," kata Tati.
"Sampah yang masuk ke TPST pertama-tama ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam mesin pemilahan. Hasil pemilahannya terbagi menjadi dua jenis, yaitu organik dan anorganik," jelas Tati.
"Untuk sampah organik, kami kirim ke eks TPA Jelekong untuk diolah menjadi material pupuk organik dan media tanam. Kami bekerja sama dengan vendor serta memanfaatkan lahan di eks TPA Jelekong sebagai tempat produksi," ungkapnya.
Sedangkan sampah anorganik, lanjut Tati, yang bernilai tinggi (high value) disalurkan ke pengepul, sementara sampah bernilai rendah (low value) dikirim ke TPST Tegallega untuk dikelola lebih lanjut.
Meski sistem pemilahan sudah berjalan, Tati menuturkan, pemilahan dari rumah masih sangat diperlukan.
"Residu yang masuk ke TPST masih cukup banyak. Kalau bisa, warga mulai memilah sampah sejak dari rumah," tegasnya.
Beroperasi sejak 11 Januari 2025 lalu, TPST Nyengseret telah berhasil mengolah sekitar 16,5 ton sampah per hari, atau sekitar 54% dari target yang ditetapkan, yaitu 30 ton.
Keberhasilan ini menunjukkan efektivitas sistem baru dalam mengurangi sampah yang berakhir di TPA. Jumlah ini terus diupayakan agar meningkat, sehingga potensi kiriman sampah ke TPA bisa lebih ditekan lagi.
Sebagai langkah lanjutan, Tati mengajak warga Bandung untuk lebih aktif memilah sampah, terutama sampah bernilai ekonomi.
"Sampah yang masih memiliki nilai jual jangan langsung dibuang ke TPS, lebih baik dikumpulkan dan dijual ke bank sampah," kata Tati.
"Dengan memilah sampah, kita dapat mengurangi pencemaran, menghemat sumber daya, dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat serta berkelanjutan bagi generasi mendatang," pungkasnya.