Mencuplik Tantangan Gaya Hidup Modern dan Problem Kesehatan Generasi Muda

1 Maret 2025 17:05 WIB
ilustrasi
ilustrasi ( )

Sonora.id – Berjuang di perantauan tidaklah mudah. Datang ke Jakarta untuk mengadu nasib sambil berharap mendapat pekerjaan dengan gaji yang diharapkan, Alif (28thn) asal Jambi turut merasakan kerasnya perjuangan di Jakarta. Sebagai pekerja, ia berjuang untuk meniti kehidupan keluarga kecilnya yang sekarang tinggal di Tangerang Selatan.

“Dulu segala jenis pekerjaan saya sudah jalani. Mulai dari sales marketing hingga berkebun. Apa aja saya lakukan,” ujar Alif saat dijumpai Sonora di Kawasan Monas Jakarta pada 3 Februari 2025 lalu.

Kehadiran Alif di kawasan Monas ternyata sedang meliput aksi unjuk rasa yang digelar ratusan dosen di area Patung Kuda, Monas, Jakarta Pusat.

“Maaf ya bang, asap vape saya mengganggu ya?,” tambahnya sambil menghalau kepulan asap rokok elektriknya.

Merasa tidak enak dengan kepulan asap vape-nya, Alif pun mengaku dulunya perokok berat yang kadang bisa menghabiskan 2-3 bungkus rokok per hari. Berpindah menghisap rokok elektrik dinilai lebih murah meski diakui kadar adiksi dirinya terhadap rokok tidaklah berkurang.

“Kalau dihitung-hitung lebih murah ya. Kepingin juga mengurangi adiksi tapi memang bahayanya tetap sama. Buat gaya-gayaan nggak juga sih,” ungkapnya

Kisah Alif si “Vaper” bisa jadi berbeda dengan jutaan orang lainnya yang turut mengkonsumsi rokok elektrik. Vape telah menjadi bagian dari gaya hidup anak muda di Indonesia. Hal ini mencerminkan tren modern sekaligus menghadirkan tantangan kesehatan.

Mengutip artikel laman www.sehatnegeriku.kemkes.go.id, tantangan di bidang kesehatan mengenai tren rokok elektrik ini disampaikan oleh pernyataan Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. Ia menilai meskipun ada kemajuan yang signifikan dalam mengurangi penggunaan tembakau, kemunculan rokok elektrik dan produk tembakau dan nikotin baru lainnya merupakan ancaman besar bagi kaum muda dan pengendalian tembakau.

Studi menunjukkan bahwa penggunaan rokok elektrik meningkatkan penggunaan rokok konvensional, terutama di kalangan anak muda yang tidak merokok, hampir tiga kali lipat. Tedros menyatakan bahwa industri tembakau mencoba menjual nikotin kepada anak-anak dalam kemasan yang berbeda. Industri ini secara aktif menyasar sekolah, anak-anak, dan remaja dengan produk baru dengan jebakan rasa. Industri terus memasarkan produk rokok mereka dengan rasa yang menarik, seperti permen dan buah-buahan.

Di kesempatan berbeda, Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) menilai adanya kebijakan larangan menjual produk tembakau alternatif di media sosial dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Kesehatan akan memberatkan pelaku UMKM. Sekretaris Jenderal APVI Garindra Kartasasmita dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu menjelaskan industri produk tembakau alternatif merupakan industri kecil yang mayoritas pelaku usahanya tergolong UMKM serta berbasis komunitas.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm