Penulis: Rahil Kamilia Sa’idah
Brunei Darussalam, Sonora.ID - Memang benar, teknologi telah menjadi bagian dalam keseharian masyarakat. Berjuta informasi bergerak setiap detiknya secara bebas.
Akan tetapi, informasi yang setiap hari kita dapatkan belum tentu layak dan baik untuk dikonsumsi.
Salah satunya adalah berita bohong maupun konten negatif, yang dapat memengaruhi pandangan masyarakat, terutama pada generasi muda.
Maka dari itu, fenomena ini mendapatkan perhatian lebih dan membutuhkan langkah preventif agar efek negatifnya dapat dicegah.
Dalam Konferensi ASEAN Ministers Responsible for Information ke-17 (AMRI) di Brunei Darussalam, Indonesia menyerukan pentingnya perlindungan anak di ruang digital.
Ajakan ini mencerminkan kekhawatiran akan maraknya konten yang berpotensi merusak perkembangan anak secara psikologis dan sosial.
Baca Juga: Kepala BPJPH Haikal Hasan Gagas Pembentukan ASEAN Australia New Zealand Halal Forum
Kementerian Komdigi mengambil bagian dalam sesi diskusi tingkat menteri bertajuk MAJU: Media Advancing Joint Understanding.
Indonesia menegaskan kolaborasi sebagai unsur penting untuk membentuk lingkungan digital yang aman, bersih, dan mendukung perkembangan positif masyarakat.
Berdasarkan Kominfo Jatim, konferensi ini menjadi kesempatan berharga bagi Indonesia untuk mengelaborasi gagasan Gerakan Nasional Literasi Digital atau disebut GNLD.
AMRI menjadi peluang bagi negara ASEAN untuk menyamakan persepsi dalam menghadapi masifnya pertumbuhan teknologi.
GNLD diyakini mampu meningkatkan daya tahan masyarakat ASEAN terhadap arus informasi yang tidak sehat.
Direktur Jenderal Komunikasi Publik dan Media Kemkomdigi, Fifi Aleyda Yahya, menekankan bahwa literasi digital adalah landasan penting untuk membentuk pola pikir kritis sejak dini.
Anak-anak merupakan tonggak kemajuan dan pewaris masa depan, ASEAN tidak dapat lepas tangan begitu saja untuk menghadapi ancaman digital yang sangat jelas keberadaannya.
Baca Juga: UNCTAD : Integrasi Regional dan Investasi Hijau Kunci Kemajuan Ekonomi Asean
“ASEAN harus bergerak bersama memastikan masyarakat mampu menyaring informasi secara mandiri," tegas Fifi sebagai Dirjen Komunikasi Publik dan Media Komdigi pada Kamis (8/5).
Tak hanya itu, Indonesia juga memperkenalkan dua kebijakan terbarunya mengenai tanggung jawab platform digital, yang dirancang khusus untuk memperkuat tata kelola sistem elektronik dalam rangka menjamin perlindungan anak di dunia maya.
Dukungan dari seluruh pihak dinilai penting dalam membangun sistem informasi yang kredibel. Penyebaran hoaks dan konten negatif akan terus terjadi apabila tidak diimbangi dengan jurnalisme berkualitas, sehingga kelayakan informasi menjadi tulang rusuk terwujudnya ekosistem digital yang aman.