Ini Beda Gejala Diabetes Pada Lansia dan Orang Muda!

17 Juni 2025 17:50 WIB
Tangkapan Layar Youtube Sonora Surabaya – Program Healthy Talk 21/03/2025. (Kiri Ke Kanan : dr. Jeffry Adijaya Susatyo, Sp.PD - dr.Shella Morina,Sp.F.M – Andre Penyiar Sonora Surabaya). 
Tangkapan Layar Youtube Sonora Surabaya – Program Healthy Talk 21/03/2025. (Kiri Ke Kanan : dr. Jeffry Adijaya Susatyo, Sp.PD - dr.Shella Morina,Sp.F.M – Andre Penyiar Sonora Surabaya).  ( )

Surabaya, Sonora.ID- Diabetes mellitus, atau yang lebih dikenal dengan diabetes, menjadi salah satu tantangan kesehatan utama pada usia lanjut.

Penyakit kronis ini ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang dapat merusak berbagai organ tubuh jika tidak dikelola dengan baik. Sementara itu prevalensi diabetes pada lansia jumlahnya semakin meningkat.

Sebenarnya apa itu penyakit diabetes dan mengapa lansia ini lebih rentan mengalaminya? dr. Jeffry Adijaya Susatyo, Sp.PD menjelaskan diabetes adalah suatu kondisi di mana seseorang memiliki kadar gula di dalam darah yang tinggi.

Kadar gula darah yang tinggi  tersebut kemudian dapat menimbulkan berbagai masalah. Seperti komplikasi jantung, komplikasi saraf, komplikasi ginjal serta komplikasi pada organ-organ tubuh lainnya juga. Diabet pada lansia sebenarnya tidak jauh berbeda dengan orang yang masih usia muda. Bedanya adalah pada lansia jenis komplikasinya semakin banyak dan beragam.

“Kita tahu lansia biasanya ada sakit jantung. Nah, kondisi ini dikombinasikan dengan adanya gula darah yang tinggi, tentu saja akan membuat komplikasi-komplikasi ke organ-organ yang lain itu semakin cepat terjadi dibandingkan dengan orang yang masih muda.“

Baca Juga: Sri Sumiarsih Srimulat Meninggal Dunia Akibat Komplikasi Ginjal dan Diabetes

Terkait dengan faktor resiko dr. Jeffry menambahkan, khusus untuk lansia yang pertama adalah obesitas. Orang yang gemuk lebih mudah terkena dibaet jika dibandingkan orang yang lebih kurus, walaupun tidak menjamin juga orang yang kurus bebas dari penyakit diabet. Yang kedua adalah riwayat diabetes dalam keluarga. Orang yang dalam keluarganya banyak menderita diabetes maka akan sangat mudah juga terkena diabetes.

“Ada dua faktor resiko yang dominan mengapa seseorang kena diabet. Yaitu kegemukan dan genetik. Jika kedua faktor resiko ini semuanya da dalam tubuh seseorang dipastikan orang tersebut mengidap diabetes. Tinggal penegakan diagnose saja nanti masuk dalam diabetes tipe 1 atau 2. “

Jeffry menyebutkan ada beberapa ciri khas yang menjadi gejala sebagai deteksi dini diabetes khususnya pada lansia. Diantaranya pertama sering merasa haus, kemudian sering kencing dan juga sering lapar. Tiga gejala khas ini adalah entry point untuk mulai mencurigai apakah seorang terkena diabetes atau tidak. Dalam kondisi yang lebih parah lagi adalah penurunan berat badan secara drastis.

“Sudah ada gejala khas tapi juga harus diikuti dengan tes lab untuk penegakan diagnosa. Seperti cek kadar gula darah dalam kondisi puasa maupun kondisi tes. Kalau gula puasanya di atas 126 dengan 2 jam setelah makannya itu di atas 200 tidak peduli pasiennya sedang puasa atau makan. Selain itu pemeriksaan HBA1C untuk mendeteksi rata-rata gula selama 3 bulan terakhir. Nah, ini kita akan katakan seorang mengidap diabetes kalau hasil HBA 1C ini di atas 6,5%. Tes ini biasanya dianjurkan untuk orang-orang yang sudah berusia 40 tahun keatas. “

Lantas apakah lansia dapat melakukan tes gula darah secara mandiri dirumah dan harus berapa kali dalam seminggu ? dr. Jeffry menjelaskan, jika pengecekan gula mandiri kita akan mendapatkan kadar gula di saat itu. Hal ini sebenarnya cukup akurat untuk memantau dan melihat apakah kita memiliki arah kecenderungan mengalami diabetes atau tidak. Untuk pemeriksaan gula darah tidak perlu terlalu sering dilakukan. Kita dapat mengkombinasikan gejala khas yang muncul dengan hasil pemeriksaan mandiri. Jika hasilnya 200 , ini merupakan pertanda dan peringatan bahwa kita harus mulai hati – hati terkena diabetes. Dan kondisi tersebut merupakan waktu yang tepat untuk segera melakukan pemeriksaan lebih intens kepada dokter untuk lebih lanjut.

“Saat malam hari sering bangun kencing, kemudian cek gula sendiri hasilnya di atas 200 ya hati-hati. Jangan-jangan memang menderita diabetes. Mungkin perlu konsultasi ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan mandiri ini dianjurkan dilakukan sering. Namun ada kalanya pasien dihadapkan pada biaya tes, kemudian ditusuk di setiap hari kan juga enggak nyaman. Jadi tes gula darah tidak perlu terlalu sering. Selama gula darah itu terkontrol mungkin bisa lebih jarang “ pungkasnya.

Penulis: Andre Komarudin

Baca Juga: Mengenal Diabetes Tipe 5: Ancaman Tersembunyi bagi Anak Muda dengan Malnutrisi

Penulis
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm