Distorsi Kognitif: Pola Pikir yang Kurang Sehat serta Tidak Realistis

5 April 2024 23:24 WIB
Illustrasi Berfikir
Illustrasi Berfikir ( freepik)

Yang mana sebagai contoh seseorang yang mengalami depresi akan cenderung berfikir polarized atau mengabaikan hal-hal positif pada kehidupannya.

Yang mana hal ini akan mempengaruhi persepsi dirinya terhadap dirinya sendiri, orang lain dan situasi di sekitarnya.

Distorsi kognitif sejatinya tidak dianggap sebagai penyakit mental dalam Diagnosis dan Statistik Manual Gangguan Jiwa (DSM-5) dari America Psychiatric Association.

Artinya, distorsi kognitif bukanlah entitas yang terpisah sebagai gangguan jiwa yang dapat didiagnosis secara langsung.

Ada beberapa jenis distorsi kognitif yang sering terjadi, di antaranya:

Baca Juga: ASN Makin Cakap Digital, Literasi Digital Sektor Pemerintahan Bagi ASN Kementerian Kesehatan RI

1. Pemikiran Polarized (Polarized Thinking)

Distorsi ini terkadang disebut sebagai "all-or-nothing" atau "black-and-white thinking."

Hal ini terjadi ketika seseorang secara rutin berpikir dalam ekstrem tanpa mempertimbangkan semua fakta yang ada dalam suatu situasi.

Contohnya, seseorang yang mengalami polarized thinking mungkin meyakini bahwa mereka hanya bisa sukses atau gagal secara ekstrem, tanpa mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan di tengah-tengahnya.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm