Yang mana sebagai contoh seseorang yang mengalami depresi akan cenderung berfikir polarized atau mengabaikan hal-hal positif pada kehidupannya.
Yang mana hal ini akan mempengaruhi persepsi dirinya terhadap dirinya sendiri, orang lain dan situasi di sekitarnya.
Distorsi kognitif sejatinya tidak dianggap sebagai penyakit mental dalam Diagnosis dan Statistik Manual Gangguan Jiwa (DSM-5) dari America Psychiatric Association.
Artinya, distorsi kognitif bukanlah entitas yang terpisah sebagai gangguan jiwa yang dapat didiagnosis secara langsung.
Ada beberapa jenis distorsi kognitif yang sering terjadi, di antaranya:
Baca Juga: ASN Makin Cakap Digital, Literasi Digital Sektor Pemerintahan Bagi ASN Kementerian Kesehatan RI
1. Pemikiran Polarized (Polarized Thinking)
Distorsi ini terkadang disebut sebagai "all-or-nothing" atau "black-and-white thinking."
Hal ini terjadi ketika seseorang secara rutin berpikir dalam ekstrem tanpa mempertimbangkan semua fakta yang ada dalam suatu situasi.
Contohnya, seseorang yang mengalami polarized thinking mungkin meyakini bahwa mereka hanya bisa sukses atau gagal secara ekstrem, tanpa mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan di tengah-tengahnya.