Find Us On Social Media :
Kemenkominfo buka workshop literasi digital di Ende dan Nagekeo (Tim Literasi Digital Sektor Kelompok Masyarakat Direktorat Pemberdayaan Informatika Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kemenkominfo)

Memanfaatkan Teknologi Digital dengan Aman dan Beretika melalui Workshop Literasi Digital di Ende dan Nagekeo

Saortua Marbun - Jumat, 14 Oktober 2022 | 16:50 WIB

Ende, Sonora. ID - Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi berkolaborasi dalam penyelenggaraan “Workshop Literasi Digital” di Kabupaten Ende dan Kabupaten Nagekeo. Kegiatan di Ende dilaksanakan pada hari Rabu, 28 September 2022, di Universitas Flores, Ende, NTT.

Sementara itu, Kegiatan di Nagekeo dilaksanakan pada hari Kamis, 29 September 2022, di Pondok SVD, Nagekeo, NTT. Workshop ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai Literasi Digital kepada lebih dari 300 orang peserta perwakilan masyarakat dan komunitas di Kabupaten Ende dan Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur.

Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 disebutkan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori “sedang” dengan angka 3.49 dari 5,00. 

Dalam merespon hal tersebut, Kemenkominfo menyelenggarakan “Workshop Literasi Digital” dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digitalbudaya digital, dan keamanan digital.

Baca Juga: Tingkatkan Kompetensi Guru TIK di Kota Sorong, BAKTI Kominfo Gelar Kelas Literasi Digital

Tema workshop di Kabupaten Ende adalah “Pemahaman Pemakaian Sosial Media Dalam Melakukan Filter Terhadap Berita Hoax”, dengan narasumber P.D. Indriastuty seorang Key Opinion Leader (KOL) Ende, Ferdinandus Lidang Witi sebagai tokoh pendidikan Ende, dan Indriyatno Banyumurti selaku pegiat literasi digital dari ICT Watch.

Kegiatan di Ende dibuka dengan sambutan oleh Kepala Dinas (Kadis) Kominfo Kabupaten Ende, Supriyanto. Beliau menyatakan bahwa semakin maraknya kejahatan siber dan hoax adalah akibat masyarakat hanya mengetahui cara menggunakan Internet tanpa memahami etika penggunaannya.

“Pemerintah harus berkolaborasi dengan masyarakat dan stakeholder lainnya agar nilai-nilai kebenaran dan etika dapat dijalankan tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya dalam menggunakan teknologi digital.” ujarnya.

Selanjutnya, Indriastuty atau yang akrab disapa Tuteh dalam paparannya menyampaikan bahwa kebiasaan ingin dianggap paling pertama tahu tentang sesuatu merupakan racun di dalam masyarakat, hal ini membuat masyarakat cenderung tidak melakukan verifikasi terhadap suatu informasi agar cepat menyebarkan informasi itu.

Baca Juga: Kemenkominfo Gelar Literasi Digital bagi ASN Provinsi Banten