Find Us On Social Media :
Hasil Konfenrensi Meja Bundar (KMB) dan dampaknya bagi Indonesia. (Wikipedia/Daan Noske / Anefo)

Hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) dan Dampaknya Bagi Indonesia

Arista Estiningtyas - Selasa, 4 April 2023 | 07:00 WIB

Sonora.ID - Setelah berhasil menyelesaikan masalahnya melalui Konferensi Antar-Indonesia, pihak Republik Indonesia maupun BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg) kemudian bersiap untuk menghadapi Konferensi Meja Bundar.

Pada tanggal 4 Agustus 1949, delegasi Indonesia yakni Dr. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof. Dr. Soepomo, dr. J. Leimena, Mr. Ali. Sastroamijoyo, Ir. Juanda, dr.Soekiman, Mr. Suyono Hadiwinoto, Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim, Kolonel T.B. Simatupang, dan Dr. Muwardi diberangkatkan. Sedangkan, delegasi BFO diketahui dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Pontianak.

Konferensi Meja Bundar atau KMB diselenggarakan di Den Haag Belanda pada tanggal 23 Agustus sampai dengan tanggal 2 November tahun 1949.

Konferensi ini digelar untuk menyelesaikan sengketa antara Indonesia-Belanda, sekaligus memperoleh pengakuan kedaulatan Indonesia yang merdeka dan berdaulat.

Baca Juga: Isi Perjanjian Roem Royen, Lengkap dengan Latar Belakang dan Tokohnya

Hasil Konferensi Meja Bundar (KMB)

Hasil yang dicapai dalam KMB ini di antaranya adalah sebagai berikut, dikutip dari buku Sejarah 3 SMA Program IPS.

Dampak KMB

Pada tanggal 15 Desember 1949 diadakan pemilihan Presiden RIS dengan calon tunggal IR. Soekarno. Pada tanggal 16 Desember 1949 Soekarno dipilih sebagai Presiden RIS dan pada keesokan harinya diambil sumpahnya.

Selanjutnya, pada tanggal 20 Desember 1949 Kabinet RIS pertama dibentuk dengan Moh. Hatta sebagai perdana menteri yang dilantik langsung oleh presiden.