Meski Bertempur dengan Zaman, Pecinta Batu Indonesia Menolak Punah

8 Maret 2021 13:30 WIB
Batu Akik
Batu Akik ( Youtube Sonora FM)

Sonora.ID - Masih ingatkah Anda dengan sepenggal syair lagu yang pernah dibawakan oleh Koes Plus dengan judul Kolam Susu?

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Ya, sepenggal syair lagu dari Koes Plus tersebut pertama kali dirilis tahun 1973 dalam album bertajuk Volume 8 ini menggambarkan kekayaan alam Indonesia yang sangat berlimpah ditanah yang subur pula.

Tidak hanya subur untuk bercocok tanam, di tanah Indonesia juga terpendam lpgam mulia hingga bebatuan dengan kualitas terbaik dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Baca Juga: Meski Digelar Online, Otobursa Tumplek Blek 2020 Tawarkan Sejumlah Fasilitas Baru

Untuk bebatuan, dari Sabang hingga Merauke, kita mengenal beberapa jenis batuan, seperti ada Giok dan Solar dari Aceh hingga batu Cyclop dari Papua.

Semua bebatuan dari bumi nusantara ini memiliki keindahan dan kelebihan tersendiri. Oleh sebab itu, banyak orang yang menyukai bebatuan asli Indonesia, bahkan ada yang fanatik dengan satu jenis batuan saja.

Pada musim batu akik yang sempat booming di tahun 2013 -2014, banyak orang yang menangguk keuntungan dari bisnis batuan ini.

Pada masa itu, booming batu Bacan asal pulau Bacan di sebelah barat pulau Halmahera, Kabupaten Halmaherah, propinsi Maluku Utara. Namun, bebatuan asal daerah lain tetap tak kalah pamor dari Bacan.

Baca Juga: Festival Tanjung Kelayang 2020 Dibuka Dengan Protokol Kesehatan Ketat

Sebut saja, Klawing asal Purbalingga yang tetap dengan pesonanya, juga batuan dari Garut yang tetap stabil dan memiliki pecinta setianya.

Berjalannya waktu, booming batuan pun mulai meredup. Setidaknya ada beberapa penyebab booming ini mulai meredup, diantaranya banyaknya pedagang dadakan yang mencoba peruntungan dari bisnis ini.

Pedagang bertambah banyak sedangkan pembeli tetap, bahkan sedikit berkurang karena tak sedikit yang tadinya pembeli atau pecinta batuan ini, ikut berjualan.

Selain itu mungkin, ada kejenuhan dan perekonomian kurang mendukung booming batuan ini untuk bertahan lebih lama.

Baca Juga: Webinar OJK Regional VI Sulampua: Cerdas Berinvestasi Waspada Penipuan Berkedok Investasi

Kontes batu yang biasanya sebulan bisa 1-2 kali digelar semakin jarang dilangsungkan, bahkan hingga dalam 1 tahun hanya 1 kali saja digelar kontes berskla nasional yang nisa digelar.

“Untuk mengangkat kembali potensi batuan yang ada di Indonesia, dibutuhkan kontes.” Ujar Ivan Stevan, pecinta batuan Indonesia yang kami temui di Jakarta Gems Center Rawa Bening, Jakarta.

Ivan menilai, jarangnya kontes yang digelar beberapa tahun terakhir ini membuat pecinta batuan, khususnya batu gambar, kurang produkstif dalam menghasilkan batu gambar yang terbaik. Andaikan ada pun, pemasarannya juga kurang maksimal.

Keresahan ini pun direspon oleh beberapa pecinta batuan juga yang akan menggelar Kontes Batu Mulia Nusantara. Kontes yang bertajuk Brotherhood Gems Competition ini akan digelar di Beksi Junction 11-14 Maret 2021.

Baca Juga: Kupas Tuntas Bisnis dan Manajemen di Masa Pandemi bersama Binus Business School, Ayu Dewi: Life Must Go On!

600 kelas akan dipertandingkan dalam kontes yang mentargetkan 2500 batuan untuk dinilai di meja kontes. Kelas yang dipertandingkan diantaranya Bacan, Garut, Idocrase, Anggur, Jipen, Pandan serta batu gambar seperti Klawing, Nogosui, Picasso, Dendrit, Pirus Sulawesi, Pamona dan Maligano.

“Hadiah juara umum pada kontes kali ini sebesar 30 juta rupiah.” Jelas Ade Pasya, Ketua Panitia Kontes.

Ade Pasya menjelaskan, hadiah total bagi juara umum sebesar Rp 30 juta.

Bagi pecinta batu, seperti Win Cahpati, menang kalah dalam sebuah kontes bukanlah hal yang utama. Silaturahmi dengan pecinta batu nusantara-lah yang terpenting.

Walau tak mempermasalahkan menang atau kalah, ia telah memepersiapkan 10 batu gambar unggulannya untuk turun di meja kontes.

Baca Juga: Webinar Sonora Fengshui: Prospek Bisnis di Tahun Kerbau Logam 2021

Berbeda dengan kontes-kontes sebelumnya, pada kontes kali ini, per hari hanya diadakan satu sesi penjurian saja. Hal ini mengingat masih dalam masa pandemi dan keterbatasan waktu operasional lokasi kontes.

Ia pun mengingatkan bahwa baik panitia, juri maupun peserta wajib mentaati protokol kesehatan selama berada di area kontes.

Ade Pasya berharap, dengan adanya kontes ini, perekonomian dari orang-orang yang terlibat dari dunia perbatuan kembali meningkat. Sebab, kontes merupakan ajang promosi paling efektif untuk menampilkan batu-batu terbaik yang dimiliki para pecinta batu.

Selain itu, kontes ini juga untuk melindungi para kolektor batu.

“Kolektor tak perlu ragu dengan batuan yang turun pada kontes, apalagi dengan batuan yang mendapat segel (juara). Keaslian sudah terjamin (karena setiap batu dilengkapi dengan memo) dan batuan juara pun keindahannya tak perlu diragukan karena sudah melalui penilaian dari orang yang expert pada bidangnya.” Urai Ade Pasya.

Anda tertarik untuk melihat dan memiliki batuan terbaik? 

Baca Juga: Satu Klik Aku Pintar Virtual Edu Expo 2021, Pameran Pendidikan di Tengah Pandemi

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm