Sonora.ID - Asisten Gubernur Bank Indonesia (BI) Dwi Pranoto menyebut, Bank Indonesia mencatat ada tiga poin dalam hilirisasi industri batu bara.
Pertama, hilirisasi melalui gasifikasi batu bara sejalan dengan preg transisi energi global yang mendukung sustainable development.
“Gasifikasi batu bara ini akan menjadi energi alternatif masa depan, sehingga upaya ini bertujuan untuk mengurangi impor bahan bakar, meningkatkan ketahanan energi dan mengurangi emisi,” tutur Dwi Pranoto dalam webinar Kompas Talks Pemanfaatan Hilirisasi Batu Bara untuk Pemulihan Ekonomi, Rabu (1/9/2021).
Baca Juga: Sri Mulyani Minta Obligor dan Debitur BLBI Penuhi Panggilan Satgas BLBI
Kedua, lanjut Dwi yaitu hilirisasi baru bara diharapkan mampu menopang perekonomian daerah terhadap dinamika harga komoditas global.
“Transformasi energi terbarukan yang telah dilakukan Tiongkok selama satu dekade memang berisiko dapat mempengaruhi kinerja lapangan usaha pertambangan batu bara ke depan, apabila upaya hilirisasi baru bara yang kita lakukan tidak diakselerasi,” ucapnya.
Dwi menilai, Kalimantan sebagai pusat batu bara Indonesia memiliki peranan strategis dalam hilirisasi batu bara.
Baca Juga: Gubernur BI Sebut Aliran Masuk Modal Asing dari Juli - 16 Agustus 2021 Mencapai 2 Miliar Dolar AS
Kemudian ketiga, lanjutnya, rencana proyek gasifikasi batu bara seperti proyek kultumetanol di Kalimantan Timur merupakan industri pionir di Indonesia yang bisa dibuat lokal value chain.
“Kita dapat pahami bersama, bahwa metanol merupakan bahan baku industri petrokimia yang memegang peranan sangat penting bagi pengembangan industri hilirnya,” katanya.
Dwi menambahkan, metanol akan terus memainkan peran penting sebagai bahan baku utama industri kimia, bahan pendukung biodiesel, serta dalam kegiatan migas. Hal itu kata Dwi, secara pasti akan membuat kebutuhan metanol akan semakin meningkat dimasa mendatang.
Lebih lanjut Dwi mengatakan, Bank Indonesia sendiri sangat mendukung upaya hilirisasi batu bara yang dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar.
Baca Juga: Bank Indonesia Kembali Mempertahankan Suku Bunga Acuan 3.50%