Bakmie Jogja Sundoro: Berawal Resep Keluarga hingga Omzet Berlimpah

18 Maret 2022 17:45 WIB
Ilustrasi Bakmi Jawa di Kota Semarang.
Ilustrasi Bakmi Jawa di Kota Semarang. ( Kompas.com)

Menurutnya, produk bakminya harus unik agar bisa beda dari yang lain. Selain itu, ia juga mendaftarkan produknya ke BPOM dan MUI agar konsumen makin percaya.

Awalnya, ia tidak begitu peduli dengan mendaftarkan produknya ke dua badan tersebut. Namun, manfaatnya baru terasa saat pandemi ini. Saat membuat produk versi makanan beku, ia tak perlu khawatir.

Berusaha Menyesuaikan Diri dengan Teknologi

Perempuan ini pun mengaku bahwa dulu ia tak begitu paham dengan teknologi. Bahkan, membuka surel pun tak bisa. 

"Saya dulu tuh betul-betul buka e-mail aja gak tahu, saya pasang Ig juga gak tahu caranya. Akhirnya, saya mencoba tanya ke anak saya," ujarnya sambil tertawa.

Setelah bisa, ia pun memanfaatkan media sosial dengan menghubungi akun-akun kuliner lainnya. Hal ini dilakukan agar produknya bisa dipromosikan melalui akun tersebut. Sebagai gantinya, ia memberikan Bakmie Sundoro secara gratis.

Baca Juga: Sekolah Impian Makassar: Dedikasi Berawal dari Bisnis Laundry

Lantas, usahanya itu membuahkan hasil yang manis. "Alhamdulillah, ya, responnya bagus sekali. Sampai yang beli gak cuma sekarton tapi sepuluh karton."

Memperluas Pasar Melalui Food Manufacture

Dulu, setelah ramai pembeli, ia membuka reseller dan jalur mitra. Namun, setelah ditelaah kembali reseller tak memiliki ukuran yang jelas. "Padahal kalo bicara manufaktur tentang kapasitas produksi, kuantitas."

"Reseller kan istilahnya itu palugada, lu mau apa gua ada. Mau jual bakmi, jilbab, masker, apa pun. Tapi mereka jualannya juga sesuka mereka."

Akhirnya, ia mendistribusikan produknya ke toko-toko. Ternyata, bakminya diterima dan memiliki angka penjualannya yang bagus. Para pemilik toko pun menyarankan untuk membuat versi instannya.

Dari situ, Bintari kembali belajar untuk melakukan produksi dengan alat degrator. Setelah lulus uji laboratorium, ia pun mendaftarkan bakmi instannya ke badan pangan milik negara.

Prosesnya pun tak semenakutkan yang dikatakan orang-orang. Ia hanya perlu membayar Rp600.000,- dan menunggu selama tiga bulan.

"Tiga bulan keluar, kita naikan. Akhirnya, 2021 akhir kemaren kita ada di sekitar 130 toko. Sampai dengan 2022 ini totalnya ada di sekitar 180 toko."

Dengarkan kisah-kisah inspiratif pendiri UMKM lainnya di Indonesia melalui siniar Smart Inspiration. Ikuti juga siniarnya agar kalian selalu terinfo tiap ada episode terbaru!

 Baca Juga: 3 Peluang Bisnis Makanan Modal Kecil Sering Raup Untung Kapanpun Dimanapun

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm