Sutradara Agus Noor: Sarat Dengan Kritik Sosial-Politik yang Jenaka, Pentas ‘Perempuan-Perempuan Pilihan’ Diperankan Oleh Banyak Perempuan Hebat

18 September 2022 12:42 WIB
Cak Lontong dan Akbar kembali meramaikan Episode 37  pentas Indonesia Kita dengan Lakon Perempuan Perempuan Hebat, Jumat (16/9/22)
Cak Lontong dan Akbar kembali meramaikan Episode 37 pentas Indonesia Kita dengan Lakon Perempuan Perempuan Hebat, Jumat (16/9/22) ( SJS / Radio Sonora)

Jakarta,Sonora.id - Teater Besar Taman Ismail Marzuki Jakarta, pada hari Jumat (16/9) dan Sabtu (17/9) lalu, menjadi saksi terselenggaranya ‘ibadah budaya’ yang diselenggarakan oleh Indonesia Kita, bersama dengan Bakti Budaya Djarum Foundation. Lakon ke-37 Indonesia Kita yang mengangkat judul ‘Perempuan-Perempuan Pilihan’, dikemas secara berbudaya dengan unsur ludruk.

Pendiri sekaligus sutradara dan penulis naskah ‘Perempuan-Perempuan Pilihan’, Agus Noor pada lakon ke-37 ini, ingin memberikan gambaran yang istimewa kepada kaum perempuan. Ia menilai, dewasa ini perempuan seringkali dijadikan sebagai obyek untuk berlindung dari sebuah kesalahan, dimana peran kaum perempuan di era digital ini, masih termarjinalkan.

Dengan danya pementasan ‘Perempuan-Perempuan Pilihan’ ini, Agus Noor mengharapkan, agar masyarakat dapat lebih mengenal, menghargai, dan dapat menghormati peran kaum perempuan dalam tata kehidupan kita di masyarakat.

“Bagaimana selama ini perempuan selalu dimarjinalkan, perempuan selalu dianggap perannya gitu ya, perannya sering tidak dihargai. Jadi lakon ini sesungguhnya pingin mengupayakan penghormatan kita kepada perempuan,” ujar Agus usai pementasan ‘Perempuan-Perempuan Pilihan’, di Teater Besar – Taman Ismail Marzuki Jakarta, Jumat (16/9/2022).

Narasi untuk menghormati perempuan dalam lakon ini juga terlihat secara jelas, dalam penggambaran tokoh-tokohnya. Dimana lakon yang menceritakan tentang kehidupan masyarakat di negara ‘Kenyo Kuni’ ini, dominasi peran perempuan sangat terlihat. Nama-nama perempuan pemeran tokoh lakon ‘Perempuan-Perempuan Pilhan’ ini pun, juga diisi oleh nama-nama hebat seperti; Rosiana Silalahi, Dira Sugandi, dan Rieke Dyah Pitaloka.

“Kita sih sebenarnya kalau di Indonesia Kita mencoba, misalnya lakon perempuan-perempuan itu butuh satu sosok perempuan yang menceritakan; pintar, wise, lalu punya peran sosial-peran sosial, peran politik di masyarakat. Kita mencoba menghubungi beberapa nama, ya Rieke (Rieke Dyah Pitaloka) saya anggap tepat,” terang Agus, Jumat (16/9/2022).

Melihat pementasan lakon ‘Perempuan-Perempuan Pilihan’, maka kita juga dibawa pada tampilnya kritik-kritik sosial-politik, yang terjadi di Indonesia belakangan ini. Satire terhadap kasus pembunuhan berencana Brigadir Yosua Hutabarat seringkali muncul dan mewarnai jalannya pementasan lakon ini. Seperti kata-kata singgungan, perihal CCTV rusak, ataupun drama dalam pengusutan kasus tersebut.

Agus pun menjelaskan, jika para pemain diberikan naskah yang longgar, sehingga mereka dapat secara leluasa, menyampaikan satire di hadapan para penikmat lakon tersebut. Namun yang pasti, isu-isu yang dibawa dalam ‘Perempuan-Perempuan Pilihan’, aktual.

“Pertama, ada beberapa yang di naskah, ada yang kemudian, biasa kalau di Indonesia Kita kan naskahnya longgar. Oh ini peluang, untuk misalnya isu-isu aktual kaya gitu kan. Oh ini bisa masuk kesini, ini bisa ke tema ini. Biasanya kaya gitu sih, biasanya soal pilpres, soal kasus Duren Tiga, soal CTV rusak,” jelas Agus Noor, Jumat (16/9/2022).

Baca Juga: Setelah Dua Tahun Tutup, Indonesia Kita Kembali Hadir Dengan Lakon “Tamu Agung”

Sekilas mengenai lakon ‘Perempuan-Perempuan Pilihan’, dimana lakon tersebut mengisahkan tentang kehidupan suatu negara yang makmur dan sejahtera, berkat pemerintahan yang dipimpin oleh para perempuan. Pemimpin negara, politisi, hakim, birokrat, pegawai, semuanya perempuan. Bahkan seluruh penduduk negeri itu adalah perempuan.

Dalam lakon tersebut, para perempuan telah mampu membuat tatanan yang adil dan beradab, ketika semua hal diselenggarakan perempuan: dari perempuan oleh perempuan, dan untuk perempuan. Dunia yang tenang dan nyaman tanpa kehadiran laki-laki, itulah jaman ke-emasan perempuan.

Akan tetapi lakon tersebut mulai memperlihatkan konflik, ketika kenyamanan perempuan terguncang: ada salah satu perempuan di negeri yang damai tersebut hamil. Kehamilan dalam negeri tersebut dinilai sebagai sesuatu yang tabu, karena keberadaan laki-laki pun juga dinilai tabu bagi masayarakat perempuan disana.

‘Perempuan-Perempuan Pilihan’ yang dikemas dalam bentuk ludruk ini, juga diisi oleh kritik-kritik sosial-politik, yang disampaikan secara jenaka, terlebih ‘guyon’ khas Cak Lontong yang ikut bermain dalam lakon ini, turut membuat para penikmat lakon ini betah untuk menontonnya selama hampir tiga jam.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm