"Kita bersyukur bahwa Inpres Nomor 3 tahun 2022 tentang Optimalisasi Penyelenggaraan Kampung Keluarga Berkualitas telah terbit, sehingga kalau mau mengembangkan Kampung KB sudah ada dasarnya. Saya kira semua pemangku kepentingan sudah tahu tentang Inpres ini,” kata Hasto.
Hasto juga menyampaikan peran BKKBN dan jajaran di daerah-daerah terkait Upaya Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem.
“Kenapa ini perlu saya sampaikan, karena di dalam Inpres ini menyebutkan bahwa BKKBN wajib melakukan pendataan dan di miskin ekstrem juga mewajibkan, menugaskan bahwa data sebagai back bone untuk kemiskinan ekstrem adalah dari BKKBN. Jadi data yang dikumpulkan Bapak Ibu artinya diakui oleh Presiden dan Pak Wapres, untuk kemudian menjadi dasar menentukan kemiskinan ekstrem," ujar Hasto.
Dalam sambutannya, Hasto juga mengapresiasi Provinsi Bali sebagai daerah tersukses dalam penanganan stunting.
Bali, kata Hasto, kasus dan prevalensi stuntingnya paling rendah di Indonesia.
Baca Juga: Direktur Utama PLN: Program Pengalihan ke Kompor Listrik Dibatalkan
Karena itu, fokus anggaran stunting menurut Hasto akan diprioritaskan di 12 provinsi, yakni NTT, NTB, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Aceh.
Lalu, ada lima provinsi yang prioritas karena jumlah penduduk yang besar terdiri dari Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, dan Sumatera Utara.
Selain itu Hasto juga mengapresiasi upaya Pemerintah Provinsi Bali yang telah berhasil menurunkan angka Total Fertility Rate (TFR) di Bali hingga mencapai 1,9 dan angka prevalensi stunting yang rendah di Provinsi Bali.
Sementara itu Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra yang hadir dalam pembukaan Konsolidasi Perencanaan Program dan Anggaran tahun 2023 BKKBN mengatakan upaya percepatan penurunan stunting dilakukan bersinergi dengan berbagai komponen.