10 Contoh Cerpen Motivasi Singkat, Kisah Penuh Pesan Moral

4 Oktober 2022 14:00 WIB
Ilustrasi Contoh Cerpen Motivasi
Ilustrasi Contoh Cerpen Motivasi ( Freepik.com)

Sonora.ID - Seperti namanya ‘cerpen’ alias cerita pendek adalah karya sastra yang berbentuk prosa pendek dengan jumlah kalimat yang terbatas dan biasanya menggunakan bahasa yang sederhana serta mudah dipahami, dan bukanlah kejadian nyata.

Cerita pendek atau cerpen biasanya adalah cerita fiksi yang pendek yang bisa dibaca dalam waktu yang cenderung singkat.

Seperti dikutip dari Gramedia.com, pembatasan panjang cerpen ditujukan agar pembaca bisa menyelesaikan cerita tersebut dalam 30 menit hingga 2 jam saja, bukan seperti cerita yang berbentuk novel.

Karena cenderung singkat dengan bahasa yang sederhana, cerpen menjadi bacaan yang tepat bagi penyuka karya sastra prosa, yang tidak suka cerita berbelit-belit.

Layaknya karya tulis cerita pada umumnya, cerpen bisa berisi berbagai tema, salah satunya adalah cerpen motivasi.

Baca Juga: 8 Contoh Cerpen Persahabatan, Singkat tapi Penuh Makna

Agar lebih jelas, berikut ini adalah 10 contoh cerpen motivasi singkat.

1. Ied Adha bersama Teman

Beberapa hari ini, sekolah sedang ramai perbincangan hari raya kurban. Kata Ustazah, hari raya kurban adalah hari rayanya umat Islam. Hari raya kurban adalah hari raya pemotongan kambing. Aku senang saat hari raya kurban.

Ada banyak sekali kawan-kawan di sekolah. Karena saat hari raya kurban, banyak peristiwa di sekolah kami yang menyenangkan. Biasanya, ustadzah menceritakan hari raya kurban di masa lalu.

Aku dan teman-teman selalu senang mendengarkan beliau cerita. Kata Ustadzahku, dahulu Nabi Ibrahim As sudah tua usianya dan baru dikarunia anak. Namun, sayangnya begitu memiliki anak bernama Ismail, Allah datang lewat mimpi dan menyuruh Nabi Ibrahim menyembelihnya.

Karena Nabi Ibrahim sangat taat pada Allah SWT, akhirnya menceritakan mimpinya pada nabi Ismail. Ismail pun bersedia untuk disembelih. Namun, begitu pisau menyentuh leher Ismail langsung berubah menjadi kambing. Sejak saat itulah dirayakan hari raya kurban.

Ada hal lain yang membuatku senang ketika hari raya kurban.  Salah satunya adalah membeli kambing. Di sekolah kami menabung setiap.hati dan uangnya dikumpulkan. Saat hari raya kurban, uangnya digunakan untuk membeli kambing.

Kami ramai-ramai ke peternakan untuk membeli kambing. Di peternakan ada banyak sekali macam kambing. Kambing-kambing makan rumput dan mempunyai kaki empat. Terkadang, kambing bersuara dan aku sangat senang mendengarnya.

Setelah membeli kambing, kami kembali ke sekolah. Kambing-kambing juga ikut ke sekolah dan keesokan harinya siap disembelih. Aku melihat kambing yang disembelih. Ada banyak darahnya dan bau.

Daging kambing dipisahkan dari kulitnya. Kemudian dibungkus dan dibagi-bagikan ke orang-orang. Aku dan teman-teman ikut membagikan daging kambing. Aku juga ketemu teman baru, namanya Naya. Naya sudah tidak memiliki Ayah dan Ibu.

Tapi, Naya sudah menjadi temanku. Sejak menerima daging dariku dan dibawanya pulang untuk dimasak bersama neneknya, Naya jadi berterima kasih. Sejak saat itu, Naya jadi selalu baik hati. Bahkan ia menolong saat terjatuh.

Nah! Kata Naya, dagingnya di sate. Naya senang sekali karena sudah lama tidak makan sate. Kalau aku dagingnya diolah jadi sup. Ibu suka sekali membuatkan aku sup. Saat hari raya idul kurban, Naya ikut ke rumahku dan makan sup bersama.

2. Pendidikan yang Ditunggu

Pendidikan, sebuah kata yang seharusnya bisa dirasakan oleh setiap orang terutama bagi anak-anak. Namunm pada kenyataannya tak semua orang bisa merasakan pendidikan di sekolah, salah satu penyebabnya adalah harus mencari rezeki. Bagus, itulah nama panggilanku dan aku satu dari sekian banyak yang tak bisa merasakan apa itu arti bersekolah.

Usiaku saat ini 10 tahu, kata teman-temanku, “seharusnya aku sudah kelas 4 atau 5 SD”, tetapi karena keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan aku harus mencari rezeki demi bisa memenuhi kebutuhan hidup aku dan adikku yang masih berusia 5 tahun.

Aku dan adikku hanya tinggal di rumah berukuran 4×4 meter persegi dan itu pun milik orang lain. Tak pernah terbayangkan oleh diriku apabila tak ada rumah ini, mungkin saja aku dan adikku harus tidur di depan ruko yang setiap malam harus melawan dinginnya malah atau hujan. Pada suatu waktu, malam hari terasa lebih dingin, kami berdua tak memiliki selimut dan hanya mempunyai satu sarung, kemudian sarung itu kuberikan kepada adikku.

Orang tua kami sudah lama meninggal dunia karena motor yang dikendarai oleh ayahku jatuh disaat hujan sedang turun dengan deras. Kedua orangtuaku sempat dibawa ke rumah sakit, tetapi apa hendak dikata, orangtuaku meninggal dunia dan aku yang mendengar kabar itu merasakan sedih yang mendalam.

Hingga akhirnya di tahun ketiga, aku dan adikku mendapatkan pembiayaan sekolah sampai lulus SMA dari lembaga pendidikan pemerintah. Setelah mendengar kabar seperti itu, aku pun merasa senang karena bisa merasakan bersekolah dan bertemu dengan teman-teman baru. Tak hanya sampai disitu. Aku sangat merasa bahagia karena adikku tercinta bisa menempuh pendidikan yang layak dan kami berdua belajar dengan sungguh-sungguh.

Sejak saat itulah aku dan adikku mendapatkan banyak ilmu pengetahuan yang bermanfaat, bahkan aku juga berhasil melanjutkan pendidikan sarjana dengan beasiswa yang aku peroleh. Jadi, selalu percayalah bahwa kelak suatu saat nanti, hal yang kita inginkan bisa tercapai dan kita bisa bahagia.

3. Teman Baik

Rina dan Dini dikenal sebagai sahabat baik yang populer di sekolah. Meskipun berbeda kelas, tapi mereka selalu menghabiskan waktu istirahat bersama. Tidak ada yang meragukan eratnya persahabatan di antara mereka.

Meski berbeda karakter, tetap tidak menghalangi kedekatan mereka. Rina merupakan seorang siswi pendiam yang tidak akan populer jika tidak bersama Dini. Sedangkan Dini cenderung seperti seorang pembual yang hobi memamerkan barang-barang milik Rina.

Suatu hari pada sebuah acara pengundian hadiah, Rina terpilih menjadi salah satu pemenang. Ia datang bersama Dini. Di sana para pemenang diperbolehkan untuk memilih sendiri hadiah berupa voucher belanja dengan berbagai nominal.

Dari lima pemenang terpilih, Rina mendapat giliran keempat untuk mengambil hadiah. Rina melihat pemenang yang akan mengambil hadiah setelahnya, yaitu seorang ibu berpakaian lusuh dengan keempat anaknya yang masih kecil. Ia kemudian melihat voucher yang tersisa.

Melihat nominal pada voucher yang tinggal dua pilihan, ia memilih voucher belanja dengan nominal paling rendah kemudian berbalik dan tersenyum pada ibu dan empat anaknya. Hal ini membuat Dini terkejut dan menganggapnya bodoh.

Dini kemudian mencoba menguji Rina dengan uang yang ia bawa. Ia meminta Rina untuk mengambil salah satu uang yang ia sodorkan. Sedikit bingung, Rina mengambil uang dengan nominal paling rendah.

Keesokan harinya Dini bercerita kepada teman-temannya tentang kebodohan Rina. Untuk membuktikannya, Dini memanggil Rina ke hadapan teman-teman kelasnya.

“Hai, Rin, aku ada uang nganggur nih. Kamu pilih yang mana? Aku kasih buat kamu.” Dini menyodorkan uang sejumlah Rp10.000 dan Rp20.000 kepada Rina.

Rina pun mengambil Rp10.000 dari Dini. Dini dan teman-temannya tertawa dan mengatakan bahwa Rina bodoh. Peristiwa ini tidak hanya terjadi satu atau dua kali. Beberapa teman Dini juga ikut-ikutan melakukan hal itu.

Rina tetap diam dipermalukan seperti itu. Dan setiap kali dipaksa untuk memilih, ia selalu bersikap tenang dan memilih uang dengan nominal yang paling rendah. Ia juga ikut tertawa ketika orang-orang menertawakannya.

Hingga suatu hari ketika Dini memamerkan kebodohan Rina pada salah seorang kakak kelas terpopuler bernama Rifki dihadapan teman-teman kelasnya. Dini kembali menyodorkan uang, kali ini bernominal Rp50.000 dan Rp100.000, kepada Rina dan memintanya memilih.

Lagi-lagi Rina memilih uang dengan nominal terendah. Semua orang tertawa, menertawakan Rina yang hanya tertunduk, kecuali Rifki. Ia tertegun mengamati siapa sebenarnya yang sedang membodohi siapa.

“Lihat, Kak. Teman baikku yang satu ini unik kan?” kata Dini kembali mulai mempermalukan Rina.

“Ya, dia memang unik dan cerdas. Jika saja ia memilih uang dengan nominal tertinggi dari awal, maka kalian tidak akan mau bermain dengannya bukan? Cobalah kalian hitung berapa ratus ribu yang sudah kalian keluarkan cuma-cuma,” kata Rifki.

Pada akhirnya, bagi Rina teman yang baik itu selalu ada memberikan tambahan penghasilan tak terduga meski harus dibayar dengan kesabarannya. Tapi tidak apa-apa, setiap perbuatan pasti ada bayarannya dan perbuatan Dini dibayar dengan uang serta rasa malu.

Baca Juga: Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Cerita Pendek alias Cerpen

4. Mimpi Sang Dara

Pagi menjelang saat seorang gadis yang biasa dipanggil dengan nama Dara mulai menjerang air untuk membuat segelas teh panas. Dara, ialah gadis yang hidup dengan sejuta mimpi di dalam sebuah rumah berdinding tinggi.

Dara merupakan gadis yang tumbuh di dalam keluarga berkecukupan, bahkan bisa dibilang sangat kaya. Namun sayangnya Dara tidak bisa menopang tubuhnya sendiri tanpa menggunakan bantuan kursi roda, sehingga merasa diacuhkan bahkan saat berada di istana mewah tersebut.

Kedua orang tua Dara selalu mengacuhkannya karena merasa tidak ada yang bisa diharapkan dari gadis dengan kursi roda tersebut. Sementara kakaknya mungkin saja malu mempunyai adik dengan kondisi seperti Dara

Setiap hari Dara hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar dan sesekali mengarahkan kursi rodanya menuju arah taman. Gadis yang berusia 17 tahun tersebut sangat senang untuk menggambar di taman guna menghilangkan pikiran buruknya yang menyesali keadaannya.

Suatu pagi Dara jatuh dari kursi rodanya, namun tidak ada seorangpun di dalam rumah tersebut mendekat untuk menolongnya. Rasa kecewanya terhadap hal tersebut membuat Dara memiliki kekuatan untuk menggerakan kursi rodanya ke arah taman kompleks, berniat menenangkan diri.

Saat sedang terisak di taman, tiba-tiba Dara dihampiri oleh seorang gadis seusianya dengan kondisi yang sama. Gadis tersebut mengulurkan tangan untuk Dara dan mulai menyebutkan namanya, yaitu Hana. mereka berdua mudah sekali akrab, mungkin karena keduanya saling mengerti kondisi masing-masing.

Tiba-tiba Hana Berkata, “ Dara, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang terlahir sia-sia. Mungkin kita tidak bisa berdiri tegak layaknya manusia lain. Tapi, kita masih punya hak untuk merasakan bahagia. Cobalah untuk menerima dirimu sendiri, Dara.” lalu, akhirnya gadis itu berpamitan pada Dara.

Semenjak pertemuannya di taman dengan Hana, Dara mulai merenungi kata-kata yang diucapkan oleh gadis tersebut. Dara berpikir bagaimana ia bisa seutuhnya menerima dirinya ketika orang di dekatnya tidak mendukungnya sama sekali.

Dara mencoba mencerna perkataan dari Hana secara perlahan, meskipun seringkali ia menangis ketika teringat kenyataan bahwa ia hanyalah seorang gadis yang diacuhkan. Hal yang dipikirkan oleh Dara adalah bagaimana ia bisa mewujudkan mimpinya dengan kondisi tersebut.

Mimpi Dara adalah menjadi seorang pelukis yang karyanya bisa dipajang di dalam pameran besar. Hal yang dilakukan Dara untuk memulainya adalah rajin membuat lukisan. Kesibukan tersebut juga dilakukan Dara untuk tidak memikirkan mengenai dirinya yang selalu diacuhkan dan mulai memahami perkataan Hana.

Perlahan mimpi sang Dara mulai terwujud saat diam-diam ia sering memposting lukisannya melalui media sosial. Hingga suatu hari ada seseorang datang ke rumah Dara untuk menemui gadis itu guna mengajaknya untuk bergabung di dalam sebuah pameran lukisan.

Kedua orang tua Dara terperangah mendengar ucapan pria tersebut, sebab tidak menyangka bahwa Dara si gadis kursi roda bisa menghasilkan karya lukisan yang indah. Dara hanya tersenyum melihat respon kedua orang tuanya dan memilih menerima tawaran pameran tersebut.

Berbagai lukisan indah dipajang dalam pameran yang diberi tema Mimpi Sang Dara. Orang tua Dara menghadiri pameran tersebut dan merasa terharu atas pencapaian putri yang selama ini diacuhkannya. Sementara Dara merasa lega bisa menerima keadaan fisiknya dan memanfaatkan apa yang dimiliki.

5. Persahabatan Tak Pernah Luntur

Kisah persahabatanku dengan Jasmine dimulai sejak kami masuk SMP. Pada saat itu, aku dan dia baru berkenalan ketika aku ingin pingsan di jam olahraga. Sebelum pingsan, Jasmine bertanya padaku, “ kamu terlihat lemas, apakah kamu perlu kupanggil guru agar segera dibawa ke UKS?” aku yang berusaha untuk tetap kuat kemudian menjawab, “tidak perlu, aku masih kua untuk mengikuti jam olahraga.”

Jasmine yang merasa kalau diriku benar-benar sedang tidak sehat, kemudian memanggil guru untuk memberitahukan bahwa Putri sepertinya akan pingsan. Tanpa berlama-lama, guru olahraga segera membawa Putri ke ruangan UKS agar bisa beristirahat. Setelah masuk ke ruang UKS, aku merasa sudah lebih baik dan tahu kalau penyebab ingin pingsan adalah karena belum sarapan di pagi hari.

Sesampainya kembali ke kelas, aku sangat berterima kasih kepada Jasmine karena sudah memberitahukan kepada guru kalau aku bisa saja pingsan. Tanpa Jasmine, mungkin aku akan pingsan. Kami berdua pun pulang bersama naik angkutan umum yang sama karena tanpa diduga rumah kami searah.

Tiga tahun sudah aku dan Jasmine memiliki tali persahabatan dan kami selalu berbagi cerita sedih atau bahagia. Setelah kami berdua lulus dari SMP, Jasmine bersama orang tuanya pindah ke luar kota. Mendengar kabar itu, aku sedih karena akan sulit untuk bertemu langsung dengan Jasmine. Meskipun sudah alat komunikasi canggih, tetapi rasanya akan kurang kalau tidak bisa berbagi cerita secara langsung.

Tak terasa juga, aku sudah hampir selesai menempuh pendidikan SMA, sehingga aku berinisiatif untuk menulis surat kepada Jasmine. Pada bagian akhir surat itu, aku menulis, “apakah kita bisa bertemu kembali di universitas yang sama?”

6. Persiapan Ujian

Ujian sekolah selalu dipandang menjengkelkan oleh Andin.

Ia selalu malas dan cenderung takut jika minggu ujian akan tiba.

“Malas banget, ujian itu bikin pusing,” keluh Andin pada seorang temannya.

Saking malasnya, Andin justru tak bisa belajar karena ia takut tak bisa mengerjakan soal-soal saat ujian.

Andin hanya memandang buku-buku latihan soal dan tak mampu untuk berkonsentrasi.

Malam berikutnya kejadian serupa dialami Andin…

Ia kian tegang karena sulit untuk berkonsentrasi sementara ujian sudah akan datang.

Gerak-gerik Andin yang gusar dibaca oleh ibunya.

Mulanya sang ibu bertanya kepada Andin, bagaimana persiapannya untuk menghadapi ujian.

“Lancar bu, aku setiap malam belajar,” ungkap Andin pada ibunya.

Lalu pada malamnya, sang ibu diam-diam berkunjung ke kamar Andin.

Di sana Andin terlihat berkeringat dan terlihat serba bingung.

Lagi-lagi, Andi sulit belajar karena merasa takut.

Esok paginya, Ibu Andin kembali bertanya, tapi pertanyaanya berbeda.

“Semalam belajar apa, Andin?”

Andin bingung karena ia sama sekali tak bisa menyerap apa yang dipelajari semalam.

“Matematika,” jawab Andin singkat.

Tahu jika anaknya kesulitan, Ibu Andin lalu memberikan masukan.

“Andin, tak masalah jika kamu takut menghadapi ujian, tak masalah juga bila hasilnya kurang bagus.”

“Namun yang pasti, belajarlah dengan hati gembira dan jangan simpan rasa takut. Sebab seburuk apa pun hasil ujian yang penting kita sudah berusaha.”

Andin kemudian melihat ibunya dan kemudian menangis. Ia lalu berkata pada ibunya, jika sudah seminggu ini tidak bisa belajar karena takut.

Malam yang lain tiba, tapi kali ini hati Andin merasa tenang karena mendapat kata-kata motivasi oleh ibunya.

“Hari ini aku belajar dulu, soal hasil tidak masalah yang penting berusaha,” tutur Andin dalam hati.

Sampai akhirnya ia pun bisa belajar maksimal untuk menghadapi ujian sekolahnya dalam waktu dekat.

Baca Juga: Dispersip Kalsel Gandeng Faisal Oddang dalam Kelas Menulis Cerpen

7. Hadiah dari Ayah

Masuk tahun ajaran baru dan aku naik ke kelas 2 SD, di kelas ini, aku selalu ingat dengan motivasi ayah agar rajin belajar. Kemudian aku terus belajar agar bisa masuk ke 10 besar, tetapi ketika belajar aku selalu merasa lelah karena sudah belajar di sekolah dan belajar lagi di rumah. Bahkan, aku seperti merasa sia-sia ketika sudah belajar dengan sungguh-sungguh karena tetap belum bisa masuk ke 10 besar.

Tak pernah berhenti, ayah selalu berusaha mengingatkanku untuk terus semangat dan tidak pernah menyerah.

Ayah berkata, “coba kamu lihat waktu kelas satu kamu sudah berhasil mencapai 15 besar, kini di kelas 2 SD, kamu sudah naik ke peringkat 12 besar itu tandanya usaha kamu tidak sia-sia.”

Aku yang mendengarkan perkataan ayah menjadi lebih semangat untuk melakukan belajar kembali di rumah.

Ketika semester pertama di kelas 3 SD, aku sangat senang karena berhasil masuk ke 9 besar. Ayah mendengar kabar itu sangat senang dan tak lupa dengan janjinya ketika pertama kali aku masuk SD.

“Anak ayah memang hebat, kamu mau hadiah apa karena sudah berhasil masuk ke 9 besar?”

“Aku ingin hadiah mainan robot-robotan yang kemarin kita lihat di mall.”

“Berarti hari minggu besok, kita pergi ke mall untuk beli robot-robotan.”

Setelah mendapatkan hadiah, akhirnya aku mengerti bahwa berjuang dengan sungguh-sungguh pasti akan ada hasilnya.

8. Buah Kebaikan

Pada suatu hari terdapat rumah yang berada di tengah hutan. Rumah tersebut dihuni oleh ibu dan seorang anak kecil. Pada waktu pagi hari, anak tersebut bermain di halaman rumahnya kemudian munculah seekor rusa.

Rusa tersebut memiliki tanduk yang panjang. Rusa itu datang dengan mencoba memasukan tanduknya ke baju sang anak kecil. Karena hal tersebut, anak kecil pun menjadi terangkat. Anak kecil itu kemudian menangis dan teriak memanggil ibunya.

Ibu yang mendengar suara anaknya yang menangis pun datang dan melihat apa yang sedang terjadi di luar. Tidak sangka rusa membawa anak kecil tersebut ke dalam hutan. Sang ibu sekuat tenaga mengejar rusa tersebut ke dalam hutan dan mengikuti arah rusa itu berlari. 

Sang ibu berhasil mengikuti rusa tersebut dan bahagia melihat anaknya kembali dan mengambil anaknya dan kemudian pergi dari hutan tersebut. Betapa terkejutnya saat sesampainya di rumah, ia melihat kondisi rumah yang sudah rusak akibat tertimpa pohon besar. 

Ibu ini kemudian mengingat jika dirinya pernah menyelamatkan anak rusa dari pemburu. Sang ibu menutupi anak rusa dengan kain sehingga pemburu tidak bisa melihatnya. Saat pemburu sudah menghilang, sang ibu kemudian membuka kain tersebut. 

Tidak disangka rusa yang membawa anaknya tadi merupakan rusa yang pernah ia selamatkan dulu. Rusa tersebut seakan-akan mengucapkan rasa terima kasih untuk ibu karena pernah menyelamatkannya. Kini sang rusa menyelamatkan ibu dari pohon yang roboh.

9. Membantu Membuat Hati Senang

Perkenalkan aku Putri yang saat ini sedang menempuh pendidikan Sekolah Dasar kelas 5. Setiap hari, aku selalu diantar oleh ayahku saat pergi bersekolah. Aku sangat senang karena ayah selalu mengantarkanku tepat waktu, sehingga tidak pernah terlambat sekolah.

Di sekolah, aku bertemu banyak sekali teman yang sangat seru dan asyik, sehingga tidak pernah merasakan bosan. Ketika pulang sekolah pun, aku pulang bersama dengan teman-teman yang kebetulan rumah kami berdekatan. Pada suatu waktu, ketika pulang, kami melihat ada seorang ibu yang barang belanjanya terjatuh karena terlalu banyak. Melihat hal itu, kami segera membantunya.

Sesampainya di rumah, aku menceritakan kejadian itu kepada Ibu, kemudian Ibu berkata, “bagus, nak, jangan pernah ragu untuk membantu orang lain”. Kemudian, aku juga bilang, “ternyata membantu orang lain sangat menyenangkan.” Sejak kejadian itu, aku selalu berusaha membantu orang lain saat sedang membutuhkan bantuan.

10. Hidup Hari Ini

Bagus adalah orang yang ingin selalu nomor satu.

Jika ada ujian dia selalu ingin selesai duluan, PR pun ia kerjakan setelah pulang dari sekolah.

Saking rajinnya, ia jarang sekali bermain bersama teman-temannya.

Memang hal itu tidaklah buruk, justru sangat baik.

Kebiasaan di atas, sudah dilakukan bagus sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga waktu SMA.

Prestasi di sekolahnya pun memang terbilang mentereng, selalu masuk 3 besar di kelasnya.

Lambat laun, Bagus dewasa dan mulai merenungi banyak hal.

Satu hal yang paling mengganggu pikirannya adalah mengenai kehidupan sosialnya.

Ia merasa tak mempunyai banyak teman karena terlalu sibuk belajar untuk menyiapkan masa depan.

Walau ia jago dalam urusan belajar, tapi hatinya merasa hampa karena selalu sendirian.

Hingga satu waktu, saat menjelang libur semester, ketika teman-temannya sibuk menyiapkan liburan Bagus justru siap-siap untuk kembali belajar.

Namun ia kembali merenung dan sedih, lantaran tak ada satu pun yang mengajaknya untuk pergi berlibur.

Waktu liburan akhir tiba dan bagus menghabiskan waktu liburannya dengan belajar untuk semester selanjutnya.

Kembali sekolah, Bagus kini tampak lebih murung.

Ia murung berhari-hari dan diketahui oleh gurunya.

Merasa khawatir, sang guru lalu meminta Bagus untuk datang ke ruangannya.

Mulanya Bagus bingung, apakah ia melakukan kesalahan?

Bagus pun bergegas menemui gurunya tersebut.

“Bagus, kenapa?” jawab sang guru.

Bagus lalu menceritakan mengenai persoalannya yang sedang ia hadapai.

Sang guru hanya memberikan pesan singkat.

“Bagus, hiduplah untuk hari ini, biar esok menjadi misteri,” tutur si guru.

“Maksudnya begini, kamu boleh mengerjakan sesuatu untuk besok hari, tapi jangan lupakan hari ini, nikmatilah hari ini.”

“Jangan sampai kamu hidup terlalu cepat hingga tidak punya teman, ingat, Gus, hiduplah hari ini.”

Kata-kata guru di atas membuat Bagus berpikir, ia ternyata terlalu sibuk dan khawatir dengan masa depan, sedangkan masa sekarang ia hiraukan.

Perkataan sang guru termaktub oleh Bagus, si murid rajin ini mulai hidup pelan-pelan dan tak serba cepat.

Ia mulai bisa menikmati hidup dan sedikit demi sedikit mempunyai teman.

Baca Juga: 8 Rekomendasi Buku Motivasi Terbaik! Membakar Semangat Meraih Kesuksesan

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm