“Masalahnya adalah banyak orang yang menjadi orang tua ketika dirinya belum selesai menjadi anak-anak, nah itu yang pertama (menyebabkan parental burnout),” ungkapnya menegaskan.
Kondisi ini menyebabkan adanya ‘persaingan’ atau adu menang antara anak dan orang tua, sehingga adanya hubungan yang tidak akur antara anak dengan orang tuanya. Hal ini adalah awal terjadinya orang tua burn out.
Aprilianto menegaskan bahwa, pada dasarnya orang tua boleh ‘libur’ dari tanggung jawab tersebut untuk membuat dirinya memiliki waktu dengan dirinya sendiri dan memungkinkan adanya evaluasi.
“Orang tua akan rentang mengalami kelelahan ketika orang tua tidak punya pengetahuan, keterampilan, cukup fasilitas, untuk menunaikan libur. Libur itu prinsipnya tidak melakukan aktivitas parentingnya, betul-betul lepas,” sambung Aprilianto.
Pihaknya membebaskan aktivitas yang dilakukan orang tua pada saat libur sejenak tersebut dengan tujuan mengembalikan peran orang tua tersebut.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.
Baca Juga: Sulit Konsentrasi saat Bekerja? Pehatikan Ciri-Ciri Burn Out!