3 Contoh Teks Diskusi tentang Covid-19, Dua Argumen dan Pendapat

5 Januari 2023 11:00 WIB
Ilustrasi Contoh Teks Diskusi tentang Covid-19
Ilustrasi Contoh Teks Diskusi tentang Covid-19 ( Freepik.com)

Sonora.ID - Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah, sehingga teks diskusi adalah sebuah teks yang berisi dua atau lebih argumen tentang topik tertentu.

Berdasarkan buku Teks dalam Kajian Struktur dan Kebahasaan (2018) oleh Taufiqur Rahman, teks diskusi adalah teks yang memberi dua pendapat berbeda mengenai suatu hal.

Dikutip dari artikel yang sudah tayang di Sonora.ID sebelumnya, tujuan dari teks ini adalah menyajikan opini yang berbeda mengenai suatu topik.

Struktur teks diskusi adalah:

  1. Isi
  2. Argumen pendukung
  3. Argumen penentang
  4. Kesimpulan

Covid-19 menjadi salah satu topik yang sedang hangat diperbincangkan karena dunia mengalami 3 tahun dalam kondisi pandemi Covid-19 ini.

Baca Juga: 5 Contoh Teks Diskusi Singkat Beserta Strukturnya yang Bisa Kamu Jadikan Contoh atau Untuk Dipelajari

Berikut ini adalah 3 contoh teks diskusi tentang Covid-19.

Contoh 1

(Isi) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberikan wewenang kepada pemerintah daerah, sekolah, dan orang tua terkait kegiatan belajar mengajar tatap muka. Bila ketiga pihak tersebut memberi izin, maka siswa dapat kembali masuk ke sekolah dengan mematuhi protokol kesehatan.

(Argumen pro) Keputusan Kemendikbud sudah tepat. Hampir dua semester siswa menerima Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Pelajaran yang diserap tidak seefektif ketika tatap muka. Bahkan di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, ada siswa yang bunuh diri karena beban tugas PJJ. Masing-masing daerah memiliki tingkat penyebaran Covid-19 yang berbeda-beda. Pemerintah daerah bertanggung jawab pada daerahnya masing-masing. Untuk daerah yang sudah masuk zona hijau, memang sebaiknya mengizinkan kegiatan belajar mengajar tatap muka. Selain itu, pihak sekolah dan orang tua juga turut menjaga keamanan siswa selama belajar tatap muka. Kedua pikah ini berperan besar dalam memberi pemahaman dan pengawasan terkait protokol kesehatan para siswa.

(Argumen kontra) Meninggalnya siswa di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan disebabkan karena beban tugas, bukan karena PJJ. Kejadian tersebut harusnya menjadi evaluasi, bagaimana menjalankan PJJ dengan tepat dan seimbang untuk kesehatan mental siswa. Bukan malah serta merta menghentikan PJJ. Negara kita tidak menjamin tes masal, pelacakan riwayat korban, penangguhan transportasi secara tegas, atau melakukan karantina menyeluruh. Meski sudah masuk zona hijau dan mengikuti protokol, tetapi risiko penyebaran di klaster sekolah sangat besar. Lihat Foto Ilustrasi belajar online dari rumah.(Dok Telkomsel) Ada relasi kuasa antara pemerintah daerah, sekolah, dan orang tua. Tidak dapat dipungkiri, orang tua dihadapkan dengan pilihan efektifitas pembelajaran atau keselamatan nyama siswa. Padahal keduanya dapat berjalan beriringan. Kemendikbud harusnya merumuskan kurikulum PJJ yang tidak menjadi beban mental siswa, selama Covid-19 masih ada.

(Kesimpulan dan saran) Kemendikbud memberi izin sekolah tatap muka dengan beberapa syarat. Beban tugas PJJ selama pandemi mengganggu kesehatan mental siswa. Kemendikbud perlu merumuskan kurikulum PJJ yang ramah terhadap kesehatan mental siswa.

Baca Juga: 5 Contoh Teks Diskusi Tentang Pendidikan Lengkap dengan Strukturnya

Contoh 2

(Isi) Varian Omicron merupakan hasil mutasi virus COVID-19. Varian tersebut kini tengah menjadi perhatian serius di kalangan medis dan juga masyarakat.

Kasus pertama dari varian ini dilaporkan terjadi di Afrika Selatan pada 24 November 2021. Varian ini juga dikenal sebagai varian B.1.1.529. Menurut WHO, virus COVID-19 varian Omicron, ini lebih menular dibandingkan dengan varian lain.

Untuk dapat mendeteksi varian Omicron, perlu dilakukan tes diagnostik, seperti PCR dan antigen yang kemudian dilanjutkan deteksi infeksi varian Omicron.

(Argumen Pendukung) Perlu diingat bahwa potensi penularan COVID-19 varian ini jauh lebih tinggi dibandingkan varian lain, jadi, kita perlu waspada karena COVID-19 dapat membebani sistem kesehatan.

Sebagai tambahan, COVID-19 varian Omicron dapat menginfeksi penyitas dan orang yang pernah terkena COVID-19 sebelumnya.

Gejala yang akan dirasakan penderita COVID-19 varian Omicron antara lain, nyeri otot, berkeringat terutama di malam hari, demam ringan, tenggorokan gatal, sakit kepala, dan mudah lelah.

Varian ini sudah mulai masuk Indonesia. Kasus pertama ditemukan pada tanggal 15 Desember 2021 di RSDC Wisma Atlet Kemayoran.

(Argumen Menentang) Meski demikian, gejala varian Omicron tidak separah gejala varian delta.

Demam yang dialami penderita COVID-19 Omicron relatif lebih ringan, tenggorokan pun hanya terasa gatal tidak sampai nyeri.

Varian ini dapat kita hindari dengan jaga jarak fisik minimal 1 meter, memakai masker, rajin mencuci tangan dengan sabun, hindari tempat ramai, dan segera lakukan vaksinasi.

(Kesimpulan) Semua varian virus COVID-19 berbahaya dan memiliki gejala masing-masing. Untuk menghindari penularannya kita harus menjaga kebersihan dan hidup sehat.

Selain itu, kita juga harus mematuhi aturan pemerintah demi kebaikan bersama.

Baca Juga: 9 Contoh Teks Diskusi beserta Strukturnya, Materi Kelas 9, Lengkap!

Contoh 3

(Isi) Pola komunikasi pemerintah selama menangani Covid-19 terus menjadi sorotan. Pada Kamis (24/12/2020), Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan masyarakat menggali kuburnya sendiri. Pernyataan tersebut dianggap menyalahkan dan menyudutkan masyarakat di tengah pandemi.

(Argumen pro) Pola komunikasi semacam itu sah saja dilakukan. Ada berbagai macam pola komunikasi publik. Apa yang diutarakan Wiku disebut scare communication style, yang bertujuan untuk menakut-nakuti. Pola semacam ini memang memancing emosi, agar ujaran lebih diperhatikan. Terlepas dari itu, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 sudah berusaha sebaik-baiknya dalam menangani pandemi.

(Argumen kontra) Pola komunikasi yang menakuti-nakuti atau menyalahkan masyarakat tidak efektif. Ujaran yang memancing emosi semacam itu hanya memunculkan tanggapan negatif dari masyarakat. Tidak ada pihak yang tidak dirugikan karena Covid-19. Masyarakat juga sudah berjuang semampunya untuk bertahan hidup. Seharusnya semua pihak saling mendukung dan menguatkan. Pemerintah dan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 perlu mencontoh negara maju yang tidak ragu meminta maaf pada masyarakat bila ada kebijakan yang dirasa kurang tepat.

(Kesimpulan dan saran) Satuan Tugas Penanganan Covid-19 sudah berusaha semampunya dalam menangani pandemi. Namun pola komunikasi tetap harus dijaga. Menyalahkan atau menakut-nakuti masyarakat hanya memunculkan tanggapan negatif. Sebaiknya semua pihak saling mendukung dan menguatkan.

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm