Biografi Pangeran Diponegoro, Pahlawan yang Jadi Pemimpin Perang Jawa

8 Juni 2023 13:30 WIB
Ilustrasi biografi Pangeran Diponegoro
Ilustrasi biografi Pangeran Diponegoro ( )

Sonora.ID - Mari simak pembahasan tentang biografi Pangeran Diponegoro berikut ini yang menjadi pemimpin Perang Jawa di tahun 1825-1830.

Indonesia melalui perjalanan yang cukup panjang untuk bisa mencapai kemerdekaan di tahun 1945 di mana para pahlawan melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda.

Salah satu pahlawan nasional yang perjuagannya sangat dikenang oleh masyarakat Indonesia adalah Pangeran Diponegoro.

Gelar 'Pahlawan Nasional' ini diberikan kepada sang pangeran melalui SK Presiden RI No. 087/TK/1973 di tanggal 6 November 1973.

Untuk mengenal lebih lanjut perjuangan dari sang pahlawan, kamu dapat menyimak Biografi Pangeran Diponegoro berikut ini.

Sejarah Perjuangan Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro lahir di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 11 November 1785 selir bernamakan R.A. Mangkarawati dan ayah yang bernamakan Gusti Raden Mas Surojo.

Baca Juga: 30 Contoh Soal Teks Biografi Lengkap dengan Pembahasan Jawabannya

Nama sang pangeran yang asli adalah Raden Mas Mustahar yang akhirnya diberika gelar sebagai 'Pangeran Diponegoro' pada tahun 1812 saat ayahnya naik tahta menjadi Hamengkubuwono III.

Semasa hidupnya, Pangeran Diponegoro menolak untuk bisa naik tahta sebagai raja saat Sultan Hamengkubuwono III meminta dirinya.

Karena pada masa itu, hanya anak laki-laki dari permaisuri saja yang dapat naik menjadi raja sedangkan sang pangeran berasal dari seorang selir.

Meskipun menolak sebagai raja yang akan memimpin Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Pangeran Diponegoro tetap berperan penting dalam memimpin Perang Jawa/Perang Diponegoro.

Perang ini terjadi karena sang pangeran menolak keras campur tangan Belanda dalam urusan kerajaan dan kelakukan penjajah yang bersikap seenaknya kepada para petani lokal.

Namun puncak dari rasa geram Pangeran Diponegoro terjadi saat Patih Danureja memasang tonggak-tonggak rel kereta api yang melewati makan leluhur sang Pangeran atas perintah Belanda.

Dengan begitu, Pangeran Diponegoro pun menunjukkan sikap perang yang menyebabkan Perang Jawa/Perang Diponegoro terjadi dari tahun 1825-1830.

Pangeran Diponegoro melakukan perlawanan dengan bergerak dari arah barat ke Gua Selarong yang terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari, Pajangan, Bantul dan menjadikannya sebagai markas besar.

Perang ini juga melibatkan banyak sekali kalangan masyarakat pada masa itu, dari kaum petani sampai golongan priyayi yang memberikan sumbangan uang dan barang-barang sebagai dana perang.

Kaum pribumi yang terlibat dalam perang ini juga memegang teguh bekal 'Sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati' yang berartikan 'Sejari kepala sejengkal tanah dibela sampai mati'.

Dalam waktu tiga minggu, Pangeran Diponegoro sudah berhasil menduduki Kraton Yogyakarta kembali dan pergerakan pun semakin meluas hingga ke kawasan Jawa Timur.

Penangkapan dan Akhir Hayat Pangeran Diponegoro

Baca Juga: Biografi Bung Tomo: Riwayat Keluarga, Perjuangan hingga Akhir Hayatnya

Untuk bisa mengalahkan perlawanan Pangeran Diponegoro, Belanda memberikan sayembara penangkapan sang pangeran dengan hadiah uang sebesar 20.000 gulden.

Namun, usaha ini sia-sia karena tidak ada satupun pengikut Pangeran Diponegoro yang membelot dan membantu Belanda dalam penangkapan.

Belanda pun mengerahkan 23.000 serdadu perang untuk melawan Pangeran Diponegoro yang membuat posisinya melemah di tahun 1827-1829.

Menyadari kekuatannya sudah melemah, Pangeran Diponegoro setuju untuk bertemu dengan utusan dari Jenderal De Kock, yaitu Kolonel Jan Baptist Cleerens.

Pertemuan ini tidak menghasilkan persetujuan sama sekali yang membuat Jenderal De Kock pun memerintahkan Letnan Kolonel Louis du Perron dan Mayor A.V Michiels untuk mempersiapkan alat perang guna menangkap Pangeran Diponegoro.

Akhirnya, Pangeran Diponegoro beserta pengikutnya pun berhasil terdesak di Magelang pada tanggal 28 Maret 1830.

Pangeran Diponegoro pun ditangkap dan diasingkan ke Gedung Karesidenan Semarang yang terletak di Ungaran sebelum dipindahkan ke Batavia pada tanggal 5 April 1830.

Sang pangeran pun dipindahkan ke kawasan yang lebih jauh, yaitu Makassar dan terus diasingkan di Benteng Rotterdam sampai meninggal pada tanggal 8 Januari 1855.

Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm