4 Cerpen tentang Bullying, Penuh Pesan Moral yang Menyentuh Hati

10 Oktober 2023 14:40 WIB
Ilustrasi cerpen tentang bullying
Ilustrasi cerpen tentang bullying ( iStockphoto)

Nadira namanya, dia orang kaya, sayang sombong. Dia selalu saja mem-bully dan memfitnah yang lain. Dia merasa dirinyalah yang paling berkuasa di kelas 6A.

Aku sebagai sahabatnya selalu saja meminta maaf kepada mereka yang selalu dibully-nya. Sebenarnya aku tidak mau menjadi sahabatnya, tetapi jika aku tidak ingin menjadi sahabatnya, aku di-bully dia selamanya.

Pernah suatu hari dia memfitnah Chika. Dia berkata bahwa ayahnya mempunyai banyak uang dari kerja sambilannya sebagai pemalak, dan pencopet. Padahal ayah Chika bekerja sebagai seorang ketua DPRD. Chika menangis karena ayahnya dituduh seperti itu. Aku pun meminta maaf kepadanya secara diam-diam.

Dia juga pernah membully Hanna. Dia membaca buku diary Hanna, lalu menyebar luaskan isinya, Hanna juga diejek karena sepatu yang sudah bisa dikatakan ‘buluk’. Karena kejadian itu, Hanna menangis dan melaporkannya ke guru BK. Nadira pun terkena hukuman skors selama 3 hari.

Aku yang sudah tidak tahan dengan kelakuannya pun bercerita kepada sahabat rahasiaku, yaitu Reina.

"Rein, aku udah gak tahan nih sama kelakuannya," ucapku pada Reina.

"Heh siapa suruh temenan sama dia! Dari dulu kan udah aku bilang, jangan temenan sama dia," kata Reina.

"Ya mau gimana lagi, aku gak mau dibully selamanya."

"Memangnya kamu doang yang gak pengen dibully? Kami juga kali."

"Ok, ok. Aku akan bilang kepadanya bahwa aku gak akan berteman dengannya lagi," ucapku dengan penuh semangat.

Beberapa hari setelah percakapan antara aku dan Reina, aku mengajak Nadira kehalaman belakang sekolah untuk berbicara empat mata dengannya.

"Kenapa? Kamu mau minjem uang? Bilang aja, gak usah diajak sampe ke sini juga kali!" ucap Nadira dengan nada angkuh.

"Aku gak butuh uang. Aku cuma mau bilang aku gak mau jadi sahabatmu lagi."

"Kenapa?" Tanya Nadira kebingungan.

"Aku gak mau berteman denganmu karena sikapmu itu!"

"Kalau kau mau aku tetap menjadi sahabatmu, kau harus mengubah sikapmu itu. Kamu tahu gak, aku selalu malu karena sikapmu!" Seruku lantas meninggalkannya.

Esoknya, aku terheran-heran karena sikap Nadira yang sudah berubah. Dia meminta maaf kepada semua orang. Tanpa sadar aku tersenyum karena dia mau merubah sikapnya, aku teringat dengan kata-kata guru TK-ku dulu.

"Yang buruk pasti bisa berubah."

4. Cerpen tentang Bullying IV

Si Gundul
Oleh: Fahmi Nurdian Syah

Baca Juga: 5 Contoh Cerpen Bertema Pengalaman Pribadi yang Menarik dan Unik

Di sebuah kampung yang dekat dengan pedalaman. Hiduplah sebuah keluarga yang tinggal di rumah sederhana. Mereka memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Rian. Ia bertubuh tinggi dan kurus, serta kepalanya yang tak terdapat sehelai rambut.

Jika terkena pancaran sinar matahari yang terik kepala anak laki-laki itu menjadi berkilau dan nampak lucu. Karena kepalanya yang tidak terdapat rambut, ia dipanggil si gundul.

Si Gundul di kampung itu tidak memiliki seorang pun teman. Ia selalu dijauhi dan diejek oleh teman-temannya karena kepalanya yang botak. Hal ini menyebabkan diri pada si gundul menjadi rendah dan tersisih.

Setiap hari sepulang sekolah, ia selalu berjalan melihat temannya yang tengah asik bermain bersama. Ketika si gundul mendekati mereka dan ingin ikut bermain, Teman-temannya itu mengusir dia.

Sampai pernah terjadi, karena keinginan hatinya yang kuat untuk ikut bermain, membuat temannya menjadi berperilaku kasar dan ia didorong sampai jatuh.

Semenjak kejadian itu, di dalam benak si gundul tak pernah lagi ada keinginan untuk bermain bersama mereka.

Ia hanya menghabiskan waktunya berdiam diri di ruang tamu. Tetapi, jujur saja, aktivitas berdiam diri merupakan hal yang sangat membosankan. Dari sini lah si gundul mendapatkan ide.

Karena ia merasa bosan, si gundul berpikir untuk melakukan sesuatu hal untuk mengisi waktunya dan menghilangkan kejenuhan yang ia rasakan. Di samping rumah si gundul terdapat pohon bambu yang sudah tumbuh tinggi.

Si gundul merupakan anak yang punya kelebihan atau bisa dibilang bertalenta. Dengan bantuan ibunya ia menebang pohon bambu yang besar itu. Kemudian dibelah dengan ukuran yang tak begitu kecil.

Setelah itu potongan-potongan bambu itu dibuatnya menjadi sebuah layangan yang cukup besar. Dan, layangan semacam itu tidak pernah ada sebelumnya di kampung.

Pada suatu hari setelah pulang sekolah, si gundul pergi ke lahan kosong yang cukup luas. Ia mulai mengayunkan tangannya dan memainkan layangan yang dibuatnya sendiri. Sampai layangan tersebut telah terbang jauh tinggi mendekati angkasa.

Salah satu teman si gundul yang tengah asik bermain bersama dengan yang lainnya di tempat yang berbeda tak sengaja melihat layangan si gundul.

“Wuihhh, besar banget layangannya, punya siapa itu?” Tanya Adit salah satu teman si gundul yang pernah mengejeknya.

“Gak tau, gak pernah lihat sebelumnya,” jawab salah satu di antara mereka.

Karena penasaran, mereka secara bersama-sama berjalan menuju sumber layang-layang itu diterbangkan. Dan hasilnya tak pernah disangka oleh mereka satu pun.

Netra mereka menangkap sosok laki-laki berkepala botak yang sedang memainkan layangan itu. Lelaki itulah yang selama ini mereka jauhi.

Teman-teman si gundul tak habis pikir, mereka tetap mendekatinya dan bertanya dari mana ia mendapatkan layangan itu.

Si gundul yang masih memainkannya menjawab bahwa dia sendirilah yang membuatnya. Mereka tertawa seakan tak percaya bahwa si gundul lah yang membuat layangan itu.

Keesokan harinya, Ia pun membuktikannya dengan mengajak seluruh teman-temannya itu pergi ke rumahnya.

Setelah terbukti bahwa si gundul lah yang membuat layangan itu, mereka baru lah percaya.

Saat itu juga mereka meminta maaf kepada si gundul karena selama ini telah menjauhinya dan gak pernah mau bermain bersamanya. Dengan murah hati si gundul memaafkan semua temannya.

Teman-temannya pun meminta si gundul untuk membuatkan layangan itu satu per satu, si gundul pun menyanggupinya dengan senang hati.

Mereka juga membantu si gundul dalam membuat layang-layang tersebut, sehingga yang dibuatnya itu pun cepat jadi.

Setelah semuanya memegang layangannya sendiri-sendiri, mereka bergegas pergi ke tempat yang sama ketika pertama kali si gundul memainkan layangan itu.

Kini, mereka bermain bersama-sama dengan hati yang gembira tanpa ada perselisihan di antara mereka.

Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm