20 Contoh Cerpen Singkat Berbagai Tema Menarik dan Terbaru Oktober

11 Oktober 2023 12:25 WIB
20 Contoh Cerpen Singkat Berbagai Tema Menarik dan Terbaru Oktober.
20 Contoh Cerpen Singkat Berbagai Tema Menarik dan Terbaru Oktober. ( )

Kisah persabahatanku dengan Jasmine dimlai sejak kami masuk SMP. Pada saat itu, aku dan dia baru berkenalan ketika aku ingin pingsan di jam olaharaga. Sebelum pingsan, Jasmine bertanya padaaku, “ kamu terlihat lemas, apakah kamu perlu kupanggil guru agar segera dibawa ke UKS?” aku yang berusaha untuk tetap kuat kemudian menjawab, “tidak perlu, aku masih kua untuk mengikuti jam olahraga.”

Jasmine yang merasa kalau diriku benar-benar sedang tidak sehat, kemudian memanggil guru untuk memberitahukan bahwa Putri sepertinya akan pingsan. Tanpa berlama-lama, guru olahraga segera membawa Putri ke ruangan UKS agar bisa beristirahat. Setelah masuk ke ruang UKS, aku merasa sudah lebih baik dan tahu kalau penyebab ingin pingsan adalah karena belum sarapan di pagi hari.

Sesampainya kembali ke kelas, aku sangat berterima kasih kepada Jasmine karena sudah memberitahukan kepada guru kalau aku bisa saja pingsan. Tanpa Jasmine, mungkin aku akan pingsan. Kami berdua pun pulang bersama naik angkutan umum yang sama karena tanpa diduga rumah kami searah.

Tiga tahun sudah aku dan Jasmine memiliki tali persahabatan dan kami selalu berbagi cerita sedih atau bahagia. Setelah kami berdua lulus dari SMP, Jasmine bersama orang tuanya pindah ke luar kota. Mendengar kabar itu, aku sedih karena akan sulit untuk bertemu langsung dengan Jasmine. Meskipun sudah alat komunikasi canggih, tetapi rasanya akan kurang kalau tidak bisa berbagi cerita secara langsung.

Tak terasa juga, aku sudah hampir selesai menempuh pendidikan SMA, sehingga aku berinisiatif untuk menulis surat kepada Jasmine. Pada bagian akhir surat itu, aku menulis, “Apakah kita bisa bertemu kembali di universitas yang sama?”

Contoh Cerpen Singkat Ketujuh - Buku Antik

Pada mulanya saya tak menghiraukan surel-surel misterius itu. Namun, setelah menerima surel ketiga dengan isi yang kurang-lebih sama, saya mulai menganggap serius isinya. Dia bilang, dia membaca satu cerpen saya dan ingin bertemu dengan saya untuk membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan cerpen itu. Dia bilang dia tinggal di Istanbul, tapi bersedia menemui saya di mana pun saya berada atau di tempat mana pun yang saya mau.

Yang dia maksudkan adalah satu cerpen berlatar Caraquy, kota kecil di tepi laut di Filipina yang jarang disebut orang dan mungkin jarang muncul di peta. Dalam cerpen saya itu dikisahkan tentang terbunuhnya seorang lelaki kulit putih kolektor benda antik yang diam-diam menyimpan sebuah buku kuno dalam aksara dan bahasa tak dikenal.

Buku itu ternyata merupakan satu dari tujuh jilid buku yang tersebar dan tersembunyi di berbagai penjuru dunia dan sudah ratusan tahun dicari oleh satu sekte pengabdi setan. Buku di Caraquy itu adalah buku kelima. Jika ketujuh buku berhasil ditemukan dan dikumpulkan lalu dilakukan ritual tertentu serta pembacaan mantra berdasarkan apa yang tertera dalam ketujuh buku itu, para pengabdi setan tersebut akan bisa membangkitkan sosok iblis betina junjungan mereka yang menurunkan buku-buku tersebut dan telah terkubur entah di mana lebih dari seribu tahun.

Lelaki pengirim surel itu membaca cerpen saya dalam terjemahan bahasa Inggris di satu jurnal sastra yang terbit di Auckland, Selandia Baru. Dia mengaku bernama Anton Polster dan mendapatkan jurnal itu langsung dari editornya, seorang blasteran Maori-Swiss bernama Anton Blank, dalam satu pertemuan di sebuah kafe di Kaiserstrasse, Frankfurt, tiga minggu sebelumnya.

Yang membikin lelaki itu penasaran adalah kisah dalam cerpen saya itu persis dengan apa yang terjadi kepada pamannya, seorang kolektor barang antik yang telah bertahun-tahun menetap di Caraquy, Filipina, dan menikah dengan perempuan setempat. Dia tewas dibunuh orang tak dikenal tujuh bulan sebelum dia membaca cerpen saya. Satu-satunya barang yang hilang dari rumahnya saat itu adalah sebuah buku tua yang sepintas tampak tak berharga dan disimpan di dalam lemari kayu antik di kamar tidurnya.

Sebuah kebetulan yang aneh, bukan?

Masalahnya, cerita yang saya tulis tiga tahun lalu itu murni hasil khayalan saya. Bukan cerita yang sungguh-sungguh terjadi atau dibuat berdasarkan kisah nyata atau dibuat-buat agar tampak seperti kisah nyata.

Contoh Cerpen Singkat Karya Anton Kurnia Berjudul Perempuan yang Menulis di Dalam Bus

Ketika bus berhenti di Manchester, kau terjaga. Langit masih gelap. Mungkin sudah menjelang subuh. Kau tak menyalakan ponsel untuk memastikan waktu. Matamu masih terasa berat oleh kantuk. Saat kau kembali memejamkan mata, terdengar suara lembut perempuan dekat sekali dari samping kirimu, "May I sit here?"

Kau membuka mata dengan enggan. Mencoba tersenyum tipis. "Sure," katamu. Bagaimanapun dia lebih berhak duduk di atas kursi di sampingmu ketimbang ransel hitammu yang sesak oleh buku.

Kau meraih ransel itu dan menaruhnya di bawah kursimu. "Thank you," kata dia seraya duduk tepat di sebelahmu. Padahal, selepas dari stasiun bus Glasgow beberapa jam sebelumnya kau sudah senang bisa menguasai dua kursi paling depan di bagian atas Megabus menuju London itu.

Selintas pandang dia perempuan sebayamu atau lebih tua beberapa tahun, berambut brunette panjang lurus sepunggung. Dia mengenakan rok mini hitam melapisi legging yang tampaknya berwarna ungu atau magenta barangkali. Lalu, kau mencoba meneruskan tidurmu yang sempat terusik.

Menjelang Birmingham kau terbangun oleh sengatan sinar matahari yang hangat. Saat kau membuka mata, silau menyergap. Lekas kau memakai kacamata minus yang semula kau sisipkan di saku kemejamu. Lensanya yang bening segera menjadi gelap ditimpa sinar ultraviolet. Kau meraih ponsel di saku jaket dan menyalakannya. Sudah menjelang pukul delapan.

Kau memasang earphone. "Ruby Tuesday" yang dimainkan The Rolling Stones mengalun di telinga: "'There's no time to lose,' I heard her say. Catch your dreams before they slip away." Lagu itu bercerita tentang seorang perempuan misterius yang datang dan pergi semaunya.

Pagi baru menggeliat. Kau duduk mengantuk di atas bus yang melaju. Di sebelahmu perempuan berambut panjang itu sedang asyik menulis. Dia menulis dengan pena bertinta hitam di atas sebuah buku besar folio bergaris yang terbuka di pangkuannya.

Kau mengintip lewat sudut matamu. Tampaknya dia sedang menulis surat. Atau sebuah cerita pendek? Dia terus menulis. Sementara itu, kau terus menatap pemandangan sekitar jalan tol menuju kota. Kau sempat berpikir untuk menyapa perempuan itu. Namun, kau tak ingin mengganggu keasyikan dia menulis.

Ada sesuatu pada dirinya yang mengingatkanmu kepada seseorang nun di masa lalu, tapi entah apa. Seseorang itu pernah begitu dekat denganmu, tetapi kini terasa begitu jauh. Kau bahkan tak tahu bagaimana kabarnya dan di mana dia sekarang. Ingatan itu membuat sesuatu yang lembut dan perih terasa menggores lagi hatimu.

Terbuat dari apakah ingatan? Apa sesungguhnya ingatan itu? Jika ingatan berwarna, apakah warna sebuah ingatan yang membuatmu sedih?

Di pinggiran Birmingham bus berhenti di satu halte di tepi jalan. Perempuan dari Manchester itu berkemas. Sebelum beranjak, dia berpamitan kepadamu. "Bye," ujarnya seraya tersenyum. Kau balas tersenyum, tetapi tak berkata apa-apa.

Kau belum sempat berkenalan dengannya.

Contoh Cerpen Singkat Karya Anton Kurnia Berjudul Seorang Gadis yang Meminta Api

Kau terbangun menjelang Mannheim. "Carmina Burana" gubahan Carl Orff mengentak di telinga. Pagi baru menggeliat. Kau duduk mengantuk di atas bus yang melaju ke timur. Sepanjang jalan melintasi daratan Jerman pepohonan hijau kuning kemerahan musim gugur terhampar. Sebagian telah ranggas. Langit mendung. Kabut mengambang di atas sungai. Terasa sebersit nuansa indah di tengah kemuraman.

Beberapa jam sebelumnya kau duduk di beranda sebuah kafe di St. Michel, di satu kawasan ramai Paris yang kerap disebut Latin Quarter. Usai berjalan-jalan mengelilingi Paris seharian, kau duduk-duduk minum kopi sebelum naik metro menuju Porte Maillot untuk mengejar bus malam terakhir ke Praha.

Saat kau asyik duduk sendiri mengisap kretek seraya menghadapi secangkir kopi di meja, matamu menangkap seorang gadis berambut panjang keluar dari dalam kafe. Di pundaknya tersampir sebuah tas. Kulitnya tak terlalu terang. Rambutnya legam.

Sosoknya ramping dengan tinggi badan sedang. Wajahnya mengingatkanmu kepada Djamila Bouhired-pejuang kemerdekaan Aljazair. Ada sebungkus rokok di tangannya. Mungkin dia baru membelinya di konter kafe.

Tak sengaja matamu bersirobok dengan matanya yang kemerjap. Dia lalu berjalan menghampirimu yang duduk di sudut di antara beberapa pasang bule setengah baya di meja lain.

"Ecuse moi," kata dia. Gadis itu lalu meminta api dengan sopan.

Kau menjawab gugup dalam bahasa Inggris. Tetapi sialnya kau lupa di mana tadi menaruh geretan. Kau berdiri, mencoba mencari-cari. Gadis itu mulai gelisah. Untunglah geretan itu segera ditemukan. Ternyata ada di saku jaketmu.

Lekas kau nyalakan rokok di bibirnya dengan geretanmu. Dia tersenyum dan berterima kasih. "Merci," katanya.

Kau lalu menawari dia duduk. Dia menggeleng, mengatakan harus segera pergi seraya menunjuk ke satu arah. Lalu dia tersenyum sekilas dan melambai. Kau membalas senyumnya dengan hati sedikit kecewa.

Lalu, saat bus melaju menuju Nurnberg setelah melewati persimpangan antara Basel dan Stuttgart, kau teringat Montmartre. Ketika kau menyusuri sepanjang jalan di sekitar kawasan lampu merah itu, kau bersua dengan klub legendaris Moulin Rogue. Kau pun terkenang sebuah film lama. Film itu berkisah tentang percintaan yang sedih antara seorang seniman miskin dan seorang primadona di panggung kabaret.

Dua puluh tahun silam, semasa mahasiswa di Bandung, sebagai pemuda yang ingin jadi penulis kau sesekali nongkrong di Cafe Terminus, di Pusat Kebudayaan Prancis. Di salah satu dindingnya saat itu ada mural warna-warni tentang kehidupan di Paris. Di situ tertera sebuah kalimat yang membuatmu tersenyum geli, "Aku rela menjual becakku demi pergi ke Paris."

Bus terus melaju. Menuju Praha. Kau teringat Kafka dan Kundera dan novel-novel mereka yang kaubaca sejak belasan tahun silam. Kau pun terkenang lagi pada seorang gadis yang meminta api lalu pergi dengan meninggalkan semacam patah hati.

Misalkan pada suatu hari kau berjumpa tanpa sengaja dengan seseorang tak dikenal di kota yang asing nun jauh dari negeri asalmu saat sama-sama sedang menunggu bus atau pesawat yang masih lama berangkat, katakanlah seperti ini: "Selepas senja Anda duduk di sebuah kafe di kawasan Latin Quarter menghadapi secangkir kopi. Di depan Anda orang-orang berlalu-lalang di trotoar. Tiba-tiba seorang gadis berambut panjang dengan mata seperti kejora berjalan mendekati Anda. Dia meminta api. Anda menyalakan geretan lalu menyorongkan ke ujung rokok yang terselip di bibirnya. Dia mengucapkan 'Merci' seraya tersenyum sekilas. Lalu seumur hidup Anda tidak pernah bertemu lagi dengan gadis itu. Pernah mengalami seperti itu?"

Contoh Cerpen Singkat Karya Anton Kurnia Berjudul Garis Batas

Ada sebuah ruas jalan di kotamu yang lekat di hatimu seperti sisa es krim yang melengket di sela jemari. Di ujung selatan ruas tengah Braga yang kedua sisinya didereti toko-toko antik berjendela kaca lebar dan bangunan kuno berarsitektur art deco, terdapat sebuah kafe tua yang menjual es krim bikinan sendiri. Ke Cafe Canary itulah ibumu mengajakmu pada satu sore cerah yang muram.

Umurmu baru sekitar tiga minggu menjelang genap sepuluh tahun. Tetapi, setahun sebelumnya kau sudah kehilangan ayah. Kanker tulang belakang telah merenggutnya setelah bertempur hebat selama dua tahun sehingga tubuhnya yang subur menyusut menjadi amat kurus di saat-saat terakhir.

Di bangku itu kau duduk menghadapi semangkuk kaca es krim vanila. Sepasang bola matamu yang cokelat menatap mangkuk es krim. Sesekali kau menggaruk tahi lalat di atas bibirmu yang sebetulnya tak gatal. Kau melakukannya hanya karena kau tak bisa mengontrol gerakan itu saat kau gugup atau sedih atau gundah.

Kau amat suka rasa es krim vanila yang putih dan lembut dan manis. Namun, kau mendadak merasa lidahmu seolah pahit sehingga kau teringat sebuah cerita lama yang pernah kaubaca di sebuah majalah anak-anak tentang seorang pendekar berlidah pahit. Kau juga merasa lidahmu kelu. Tak mampu bicara.

Ibumu baru saja berkata dia akan menikah lagi dan suaminya yang baru akan membawa kalian pindah ke lain kota. Itulah yang membuat es krimmu jadi tak terasa manis, hanya dingin dan kebas. Padahal sore itu cuaca amat cerah.

Ada semacam luka halus yang menggores di dalam hatimu. Sesungguhnya kau tak rela ibumu memiliki dan dimiliki lelaki lain selain kau dan ayahmu. Kau tak suka ada lelaki lain di dalam hidupmu, di antara kau dan ibumu. Kau tak ingin ibumu beralih dari ayahmu yang telah tiada. Kau sedih, tetapi tak berdaya. Namun, kau tak menangis. Kau hanya diam membisu.

Diam-diam kau menelan es krimmu yang mencair di lidah, serupa menelan gumpalan kesedihan yang patah. Seakan-akan ada rumpang di hatimu yang perih. Seolah-olah ada semacam lubang di sana yang membuatnya tak akan pernah lagi utuh.

Saat itu kau belajar satu hal: di dalam hidupmu kau tak hanya bisa kehilangan orang-orang yang pergi tak kembali seperti ayahmu, tetapi kau juga bisa kehilangan orang-orang yang masih ada serupa ibumu. Atau setidaknya, kau terpaksa harus berbagi. Tak lama lagi, ibumu bukan milikmu sepenuhnya walaupun kau anak satu-satunya.

Saat itulah kau mulai mengenal bagaimana rasanya patah hati.


Contoh Cerpen Singkat Karya Agus Noor Berjudul Koin Hitam

Kupandangi koin perak yang telah menghitam itu. Tergeletak di meja. Kau tahu, sejak dulu aku tak mau keping koin itu. Tapi tiap kali aku datang ke rumahmu hendak mengembalikannya, yang ada hanya istrimu. Senyumnya yang manis menyuruhku masuk, matanya yang gelisah melirik ke halaman, takut ada yang memergoki.

Setelah kau mati, aku pun sudah berusaha membuang jauh-jauh koin itu berkali-kali. Membuangnya ke selokan. Membuangnya ke tempat sampah. Bahkan sampai jauh ke luar kota. Tapi koin itu selalu saja kembali. Begitu saja: tiba-tiba sudah tergeletak di meja.

6. Contoh Cerpen Singkat Karya Agus Noor Berjudul Tukang Ramal
Kita belum lagi genap tiga belas tahun ketika datang ke pasar malam itu. Keramaian dan lampu warna-warni seperti mimpi yang ganjil. Aku pingin gulali, tapi kau mengajakku ke tukang ramal bermata juling. Kau ingin tahu, bagaimana nanti kita mati.

Tukang ramal itu menyeringai menatap kita. "Kalian memang sahabat yang luar biasa," katanya, "karena menyintai perempuan yang sama." Kita masih saling bertatapan, ketika tukang ramal itu menarik tanganku. "Dan kau, kau akan mati karena tabrak lari."

Contoh Cerpen Singkat Karya Anton Kurnia Berjudul Harimau Terbang
Namaku Amar. Aku adalah lelaki penunggang harimau. Seperti ayahku, seperti kakekku, seperti kakek buyutku, seperti ayah kakek buyutku. Harimauku gagah, belang putih-hitam. Namanya Hindu.
Aku dan Hindu berteman sejak lama. Sejak aku dan dia masih kecil, hingga kini kami sama-sama remaja. Kami teman setia. Ke mana-mana nyaris selalu berdua. Hindu harimau yang gagah perkasa, tapi ia tunduk kepadaku. Kutunggangi punggungnya. Dia melompat, dia berlari, dia terbang melintasi langit. Aku menunggangi punggungnya, mencengkram rambutnya. Dia menggeram senang, aku tertawa riang.

Ayahku tak punya harimau, tapi ia pandai bernyanyi. Suaranya indah sekali. Kalau Ata menyanyi-aku memanggil ayahku Ata dan ibuku Ana, dari bahasa Azeri, bahasa nenek moyang ibuku yang berasal dari Azerbaijan-orang yang halus perasaannya pasti menangis terharu dan lekas-lekas teringat kepada Tuhan yang penuh kasih. Ibuku cantik dan anggun. Dia tak pernah melarangku berteman dengan Hindu. Dia sayang sekali kepadaku.


Contoh Cerpen Singkat Karya Anton Kurnia Berjudul Harimau Terbang

Namaku Amar. Aku adalah lelaki penunggang harimau. Seperti ayahku, seperti kakekku, seperti kakek buyutku, seperti ayah kakek buyutku. Harimauku gagah, belang putih-hitam. Namanya Hindu.
Aku dan Hindu berteman sejak lama. Sejak aku dan dia masih kecil, hingga kini kami sama-sama remaja. Kami teman setia. Ke mana-mana nyaris selalu berdua. Hindu harimau yang gagah perkasa, tapi ia tunduk kepadaku. Kutunggangi punggungnya. Dia melompat, dia berlari, dia terbang melintasi langit. Aku menunggangi punggungnya, mencengkram rambutnya. Dia menggeram senang, aku tertawa riang.

Ayahku tak punya harimau, tapi ia pandai bernyanyi. Suaranya indah sekali. Kalau Ata menyanyi-aku memanggil ayahku Ata dan ibuku Ana, dari bahasa Azeri, bahasa nenek moyang ibuku yang berasal dari Azerbaijan-orang yang halus perasaannya pasti menangis terharu dan lekas-lekas teringat kepada Tuhan yang penuh kasih. Ibuku cantik dan anggun. Dia tak pernah melarangku berteman dengan Hindu. Dia sayang sekali kepadaku.

Namaku Amar. Amartya. Nama itu pemberian kakekku. Aku memanggilnya Yazic, disingkat Yaz. Kata Yaz, namaku itu diambil dari nama seorang lelaki pandai yang berhati mulia. Orang pintar yang membaktikan ilmunya untuk kesejahteraan orang banyak, orang-orang miskin yang terpinggirkan.

Aku mencintai Yaz yang mencintaiku. Yaz pandai mengarang cerita. Dia seorang penulis terkenal. Dia berjanji akan menuliskan sebuah cerita indah untukku. Aku juga mencintai Yazici, istri Yaz, nenekku yang kupanggil Yazi dan amat mencintaiku. Yazi perempuan cantik dan penuh cinta. Cinta Yazi membuat semua orang bahagia.

Ada sebuah cerita rakyat di Lankaran, kampung halaman Ana-ku di Azerbaijan, tentang sebutan Yazic dan Yazici. Kisah ini tentang seorang pangeran kecil yang dilahirkan kembali setelah dibunuh.

Ia sudah hampir terlahir ke dunia dengan selamat sebagai seorang putra raja. Tapi kemudian, orang-orang jahat membunuh kedua orang tuanya dan bayi yang hampir lahir itu karena mereka menginginkan takhta kekuasaan. Ajaibnya, si bayi tidak tewas. Mereka mengira telah membunuhnya, tapi setelah mereka meninggalkan ketiga jasad itu, si bayi ternyata masih hidup.

Atas kuasa Tuhan, secara ajaib si bayi mampu merayap sendirian ke rumah kakek dan neneknya. Baba dan Nene si bayi-sebutan umum untuk kakek dan nenek dalam bahasa Azeri-merawatnya dengan penuh kasih sayang. Setiap hari si Baba menulis sebuah lagu dan si Nene menyanyikannya agar sang pangeran kecil tidak menangis.

Setiap hari terciptalah sebuah lagu. Ditulis oleh si Baba dengan penuh cinta dan dinyanyikan oleh si Nene dengan penuh kasih sayang. Mendengar lagu itu, si bayi menjadi tenang dan tak menangis. Mereka tak boleh membiarkan sang bayi menangis. Sebab, jika bayi itu sampai menangis, orang-orang akan mengetahui keberadaan bayi itu, sehingga orang-orang jahat pasti akan menangkapnya dan membunuhnya.

Mereka terus melakukan hal itu sampai sang pangeran berumur 19 tahun dan telah siap merebut kembali takhta kerajaan yang menjadi haknya. Akhirnya, sang pangeran berhasil merebut takhta yang memang haknya dari orang-orang jahat dan kemudian menjadi raja yang adil dan bijaksana sehingga dicintai oleh rakyatnya.

Orang-orang menyebut sang Baba dan sang Nene sebagai Yazic dan Yazici. Artinya, pasangan yang menulis lagu dan menyanyikannya untuk membesarkan seorang pangeran.

Yazi dan Yaz menyukai cerita itu dan memintaku memanggil mereka dengan sebutan itu karena mereka amat mencintaiku seperti kakek dan nenek dalam cerita itu yang amat mencintai cucu mereka.

Aku juga punya Eyang. Eyang adalah kakek Yaz, jadi bisa dibilang kakek buyutku. Eyang amat bijaksana dan banyak ilmunya. Wajahnya teduh. Rambutnya telah putih semua, juga jenggot lebatnya menyambung dengan cambangnya. Eyanglah yang mengajariku menunggang harimau. Eyang juga mengajariku berbagai ilmu kepandaian yang luar biasa.

Kata Eyang, ilmu harus diamalkan untuk menolong orang dan memerangi kejahatan, bukan untuk disombong-sombongkan dan mencari keuntungan.

 Contoh Cerpen Singkat Karya Agus Noor Berjudul Kucing Hitam

Aku ingat, saat para tetangga datang melayat. Banyak yang penasaran kenapa kau mati begitu mendadak. Mereka bercakap nyaris berbisik, menduga-duga-mungkin ada juga yang diam-diam menggunjingkanmu-sementara jenazahmu berbaring tenang. Bau kematian seperti mengedap dalam ruangan.

Saat itulah, mendadak, seseorang menjerit, ketika melihat seekor kucing hitam melompati jenazahmu. Beberapa pelayat yakin: saat itu melihat matamu berkedip-kedip.

Contoh Cerpen Singkat Karya Agus Noor Berjudul Sirine

Kelak, sejak kematianmu itu, anak-anak di kampung kami selalu ketakutan bila mendengar sirene. Bila ada anak yang rewel, si ibu akan menakut-nakuti, "Nanti kau diculik ambulan...." Setiap ada sirene melintas, anak-anak yang tengah bermain gobag sodor atau petak umpet buru-buru berlarian masuk rumah. "Mereka selalu ngeri membayangkan ambulan yang disetiri mayatmu," kataku.

Kau tersenyum mendengar kisah itu.

Contoh Cerpen Singkat Karya Agus Noor - Kasus Salah Tangkap

Sampai kini, kematianmu masih misteri bagi kami.

Beberapa orang meyakini, hari itu kau diciduk polisi. Kau tak pernah bisa mengerti, kenapa polisi menangkapmu. Mereka terus menginterogasi. Menggertak dan memukulmu berkali-kali. Memaksamu agar mengaku. Kau dituduh membunuh istrimu. Padahal istrimu masih hidup. Kaulah yang mati.

Contoh Cerpen Singkat Karya Agus Noor Berjudul Misteri Mutilasi

Tetapi beberapa orang yang lain bilang, kalau kau sesungguhnya mati bunuh diri. "Kuperhatikan ia tampak murung belakangan ini," seseorang berkata. "Aku yakin ia memotong-motong tubuhnya sendiri, dan untuk menghilangkan jejak, ia segera membuangnya ke pinggir kali."

Itulah sebabnya, kata orang itu melanjutkan, polisi masih sibuk mencari pembunuhmu, sampai kini!

Contoh Cerpen Singkat Karya Agus Noor - Tentang Seorang Perempuan

Seminggu setelah pemakamanmu, seorang perempuan muncul di kampung kami. Ia menggendong bayi mungil. Wajahnya gugup dan pucat, tetapi tak menghapus kecantikannya. Seolah takut ketahuan, perempuan itu menanyakan di mana rumahmu. Sikapnya membuat kami curiga: jangan-jangan ia istri kedua atau simpananmu.

Lalu seorang warga menjelaskan, kalau kau sudah mati.

"Mati?" ia terlihat tak percaya. "Barusan tadi pagi ia mampir ke rumahku...."

Contoh Cerpen Singkat Karya Agus Noor Berjudul Cerita Pelayan Kafe
Seorang tetangga, yang bekerja sebagai pelayan kafe, satu malam menemuiku. Ia bilang, ia juga barusan melihatmu.
Ia melihatmu duduk di sudut remang kafe tempatnya bekerja. Memesan minuman ringan dan kentang goreng. "Katanya ia janjian mau ketemu dengan sampeyan."

Tapi semalaman aku lembur di kantor, tegasku.

"Ya, ia memang terus sendirian, tapi seolah bercakap-cakap dengan sampeyan yang tak pernah datang." Sampai kafe tutup. Namun para pelayan kafe masih melihatmu terus duduk di kursi itu. "Sebelum aku pulang, ia menitipkan ini padaku." Ia menyodorkan sekeping koin. Dan aku segera mengenalinya.

 Contoh Cerpen Singkat Karya Agus Noor - Pada Sebuah Kuburan

Dulu, semasa kanak, kita menemukan sekeping koin perak berkarat di pekuburan. Kita memang sering keluyuran ke pekuburan selatan kampung itu. Orang-orang bilang kuburan itu berhantu. Sering, bila tengah malam, terdengar suara yang terus melolong. Aku selalu ketakutan. Seperti kudengar suara lolong menyayat orang sekarat. Tapi kau malah cekikikan.

"Kelak," katamu, "aku akan mati menjerit kesakitan seperti itu. Aku akan mati terpotong-potong, dan dibuang ke kuburan ini...." 

PenulisKumairoh
EditorKumairoh
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm