5 Contoh Artikel Ilmiah Populer tentang Kesehatan: Singkat, Sesuai Struktur

17 Oktober 2023 18:24 WIB
Contoh artikel ilmiah populer tentang kesehatan yang singkat, pendek, jelas, tepat, dan sesuai struktur.
Contoh artikel ilmiah populer tentang kesehatan yang singkat, pendek, jelas, tepat, dan sesuai struktur. ( Freepik)

Kesenjangan masih cukup kentara dalam literasi kesehatan mental antar orang-orang yang bergerak di sistem kesehatan di berbagai wilayah Indonesia. Aturan dan distribusi bantuan terkait dukungan untuk tenaga kesehatan jiwa belum merata. Baik berupa pendanaan maupun fasilitas/infrastruktur (termasuk pemerataan RSJ).

Akses bantuan ke Puskesmas terdekat bagi masyarakat, terkadang masih sulit dan mahal di beberapa wilayah di Indonesia. Begitupun, belum semua Puskesmas di wilayah Indonesia memiliki pelayanan kesehatan jiwa karena minimnya SDM yang terlatih dan kompeten dalam kesehatan jiwa.

Di sisi lain, pemasungan masih terjadi.  Mengapa?

Keluarga dan komunitas tidak memahami deteksi dini. Keluarga dan komunitas juga tidak memahami manajemen ODGJ (Orang dengan gangguan jiwa) pasca treatment rumah sakit. Di sisi lain, tidak kuatnya keluarga menjalani treatment, sulitnya akses pelayanan kesehatan jiwa dan stigma untuk ODGJ dan keluarga menambah faktor resiko pemasungan.

Secara umum ada kondisi yang tidak setara di Indonesia. Ketidaksetaraan terlihat dalam pemenuhan SDM antar Puskesmas se Indonesia. Terdapat Kabupaten dengan 35 psikolog klinis bekerja di seluruh Puskesmasnya yang berjumlah 25. Memiliki SDM yang bertanggung jawab khusus dengan program Kesehatan jiwa, sehingga bervariasi pendekatan promosi, prevensi, kurasi dan rehabilitasi Kesehatan jiwanya. Sementara di wilayah Indonesia yang lain, ada Kabupaten yang memiliki 11 Puskesmas, namun hanya 1 orang dokter umum yang pernah mendapatkan training Kesehatan jiwa, bertanggung jawab terhadap program kesehatan jiwa Bersama seabrek beban kerja di bidang kesehatan lainnya. Akibatnya, ada daerah tertentu dengan kondisi ekstrim tinggi: Promosi kesehatan jiwa sampai ke legislasi, literasi kesehatan jiwa yg tinggi, serta ranah program kesehatan jiwa yang variatif (keluarga, sekolah, komunitas). Namun masih banyak daerah dengan faktor resiko tinggi, tetapi belum memiliki program dan pelayanan dasar Kesehatan jiwa yang memadai.

Masih banyak PR yang harus kita lakukan bersama untuk membuat kondisi Indonesia setara di semua wilayah. Terwujudnya sistem kesehatan jiwa komprehensif, antara lain menuntut kondisi seperti:

  1. Terpenuhinya SDM kesehatan jiwa
  2. Sistem rujukan yang terjalin rapi antar potensi masyarakat dan sistem kesehatan
  3. Orientasi program dari promosi, prevensi, kurasi dan rehabilitasi
  4. Pendekatan dalam sistem harus sepanjang rentang kehidupan, bekerjasama dengan semua sektor masyarakat, seperti sekolah, organisasi kerja dan elemen masyarakat lain tempat nadi kehidupan masyarakat berjalan.
  5. Pendekatan program harus mikro dan makro. Mikro berarti penguatan individu dan keluarga, makro berarti penguatan masyarakat hingga elemen pemerintah.

No health without mental health. Kesehatan jiwa merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kesehatan fisik. Kesehatan jiwa tidak hanya terkait masalah manajemen orang dengan gangguan jiwa. Kesehatan jiwa berkaitan dengan kualitas hidup kita, produktivitas, dan wajah generasi masa depan anak Bangsa. Membangun sistem kesehatan jiwa, berarti mengupayakan kualitas hidup yang lebih baik, lebih maju dan produktif. Kesehatan jiwa adalah urusan semua jiwa. Mari kita bergandengan tangan mewujudkannya.

Contoh 2

Pertolongan Pertama Psikologis: Langkah untuk Membantu Meredam Luka Batin Seseorang

Sumber: CPMH Psikologi UGM

Apabila terdapat istilah pertolongan pertama untuk penyakit-penyakit fisik pada umumnya, penyakit atau gangguan jiwa pun memiliki istilah yang serupa. Pertolongan pertama psikologis, atau biasa yang disebut sebagai PFA (Psychological First Aid) merupakan serangkaian tindakan yang diberikan guna membantu menguatkan mental seseorang yang mengalami krisis (WHO, 2009). Pengertian dari peristiwa krisis itu sendiri memiliki pandangan yang berbeda bagi setiap individu. Hal ini dikarenakan krisis merupakan insiden yang memberikan dampak tekanan dan pengalaman traumatis pada korbannya. Krisis terjadi berdasarkan penilaian masing-masing individu terhadap suatu peristiwa sehingga tidak bisa disamaratakan.

PFA tidak bisa diterapkan kepada seluruh orang yang mengalami krisis. Hal tersebut merupakan hasil dari bagaimana tiap individu menanggapi krisis yang mereka alami. Sebagian memiliki reaksi yang cenderung ekstrem, namun sebagian juga memiliki reaksi sebaliknya. Sebagai penolong, sangatlah penting untuk memperhatikan kebutuhan masing-masing individu dengan tidak memaksakan kehendak mereka. Adapun para penyintas yang memiliki reaksi ekstrem dan tergolong membutuhkan PFA seringkali menunjukkan perilaku dan perasaan yang sangat terpukul, mengalami cedera yang cukup serius, bahkan hingga tidak bisa mengurus diri sendiri. 

Pada dasarnya, pertolongan pertama psikologis dilakukan spesifik untuk mengobati luka-luka batin yang membekas pada orang-orang yang baru saja mengalami pengalaman traumatis. Hal ini diterapkan untuk dapat meringankan beban para penyintas dengan mengurangi dampak-dampak psikologis yang dirasakan seperti rasa stress dan tertekan. PFA dilakukan untuk membantu individu mengembangkan koping fungsional dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang diakibatkan oleh stres yang mereka rasakan (National Child Traumatic Stress Network and National Center for PTSD, 2006).

PFA juga turut memainkan peran untuk menumbuhkan harapan dalam diri penyintas dengan merasa lebih tenang, aman dan terhubung. Penolong tentunya harus memastikan bahwa seluruh penyintas yang ditolong memiliki akses terhadap dukungan sosial, emosional, juga fisik yang memadai. PFA diberikan ketika penolong pertama kali melakukan kontak dengan penyintas yang baru saja mengalami peristiwa traumatis. Adapun waktu pemberiannya beragam; beberapa memilih untuk langsung menolong, namun PFA juga bisa diberikan beberapa hari atau minggu setelah krisis berlangsung. Pemberian PFA akan bergantung pada tingkat keparahan serta lamanya krisis terjadi. 

Dalam pelaksanaannya, PFA memiliki tiga prinsip yang berupa proses jalannya pertolongan pertama itu sendiri. Prinsip tersebut terdiri dari:

Look (Amati)

Prinsip pertama mencakup bagaimana penolong mengamati lingkungan serta kondisi yang mengelilingi para penyintas. Di sini, akan lebih baik untuk penolong untuk bisa lebih sensitif terhadap penyintas dengan reaksi yang cukup serius. 

Listen (Dengar)

Mendengarkan aktif merupakan komponen utama dalam prinsip ini. Di proses kedua, penolong mendekati para penyintas dengan membangun rapport dan mengembangkan kemampuan mendengarkan aktif untuk memahami apa yang mereka rasakan. Dengan mendengarkan aktif, penolong juga dapat lebih mendalami hal-hal yang menjadi kebutuhan utama bagi para penyintas. 

Link (Hubungkan)

Prinsip terakhir ini merupakan penerapan dari prinsip sebelumnya, dimana penolong akan membantu penyintas untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar serta mengatasi permasalahan yang mereka alami. Tidak hanya berhenti sampai di situ, penolong juga dapat memberikan informasi yang mereka ketahui dan mencoba menghubungkan penyintas dengan keluarga mereka maupun pihak-pihak terkait yang memiliki bantuan yang dibutuhkan oleh penyintas.

Ketiga prinsip diatas merupakan langkah-langkah yang membantu penolong dalam mengaplikasikan PFA kepada para penyintas. Namun, masih terdapat beberapa hal lain yang yang perlu diperhatikan dalam memberikan pertolongan pertama psikologis, di antaranya adalah (National Child Traumatic Stress Network and National Center for PTSD, 2006; WHO, 2009):

PFA bukan merupakan terapi.

PFA bisa diberikan oleh siapa saja yang sudah memahami makna serta prinsip-prinsip yang tertera dalam PFA, terutama melalui pelatihan yang diberikan oleh tenaga kesehatan mental profesional.

Sangat penting bagi para penolong untuk menjaga diri sendiri terlebih dahulu sebelum menolong yang lain. Pada saat memberikan pertolongan, menjaga kesehatan mental diri sendiri sebagai penolong merupakan hal yang utama. 

Mendengarkan aktif merupakan kunci utama penolong agar dapat memberikan PFA dengan lancar. Salah satu upayanya adalah dengan tidak memaksakan kehendak penyintas untuk menceritakan seluruh peristiwa yang mereka alami.

Merupakan hal yang wajar apabila terdapat penyintas berasal dari budaya yang berbeda dengan penolong. Untuk itu, penolong harus bisa menyesuaikan perilaku sesuai dengan budaya yang dianut penyintas atau dengan penolong lainnya.

Salah satu perilaku yang dapat dihindari adalah dengan tidak membuat asumsi terhadap apa yang para penyintas telah alami.

Elemen utama dalam PFA adalah untuk membantu penyintas mengatasi permasalahan yang dialami sehingga sangat penting untuk membuat penyintas lebih berdaya dan tidak bergantung pada penolong.

PFA atau psychological first aid hadir untuk membantu individu yang sedang mengalami musibah dalam hidup. Tentunya, luka batin yang dialami tidak bisa dibiarkan terus mengendap dan mengarah pada tindakan-tindakan negatif. Oleh karena itu, sangat krusial bagi penolong untuk bisa membantu mengenali potensi yang dimiliki penyintas agar dapat meningkatkan daya mereka dalam mengatasi permasalahan yang akan datang.

Contoh 3

Bisahkah Sampah di Laut Berdampak pada Kesehatan Manusia?

Sumber: FKM UNAIR

Plastik telah menyebar hingga lingkungan laut di seluruh penjuru dunia. Sejumlah besar sampah plastik di laut berasal dari sumber kontinental melalui sungai seperti limbah industri serta limpasan sedimen pantai. Selain itu, kegiatan industri lepas pantai juga dapat menjadi sumber sampah plastik di laut. Di antara jenis sampah plastik, mikroplastik menjadi perhatian khusus. Terlebih kurangnya teknologi yang tersedia untuk mengukur keberadaan mikroplastik di lingkungan berpotensi mengancam kesehatan biota laut bahkan manusia.

Mikroplastik merupakan pecahan dari puing-puing plastik yang lebih besar sehingga membentuk partikel berukuran mikro. Karena ukurannya yang sangat kecil, organisme di laut dapat menyerap mikroplastik ke dalam tubuhnya melalui sistem pencernaan.

Terdapat studi yang mengamati keberadaan mikroplastik di berbagai hewan komersial, seperti ikan, kerang, tiram, dan udang. Kerang dan tiram yang hidup di muara cenderung menelan mikroplastik, sebab air dan sedimen di daerah tersebut mayoritas telah terkontaminasi dengan mikroplastik. Contoh lain, ikan dan udang yang memakan hasil olahan hewan lainnya (misalnya tepung ikan) dapat terkontaminasi dengan mikroplastik yang ada dalam produk tersebut. Fakta ini memicu kekhawatiran mengenai konsumsi mikroplastik oleh manusia melalui konsumsi spesies laut yang terkontaminasi oleh mikroplastik.

Bahaya Mikroplastik Pada Manusia

Mikroplastik pada lingkungan laut yang mengandung bahan kimia dapat membahayakan dan sangat beracun bagi hewan maupun manusia. Mikroplastik pada hewan menyebabkan kerusakan fungsi utama yang biasanya menopang kesehatan dan keanekaragaman hayati. Begitu pula bagi manusia yang mengonsumsi hewan yang terkontaminasi mikroplastik dapat terganggu kondisi kesehatannya. Oleh karenanya keberadaan sampah plastik dapat meningkatkan risiko global penyakit manusia dan hewan melalui jalur kontaminasi.

Permasalahan akibat dari mikroplastik tidak hanya berdampak pada aspek ekologis saja. Akan tetapi juga  membahayakan ketahanan pangan, keamanan pangan, serta terutama kesehatan manusia. Manusia sangat rentan terpapar mikroplastik melalui makanan yang telah terkontaminasi.  Namun demikian, informasi tentang keberadaan mikroplastik dalam produk ini masih langka, tingkat paparan secara umum sebagian besar tidak diketahui, dan efek potensial pada konsumen kurang dipahami. Oleh karenanya perlu penilaian besar risiko lebih lanjut.

Dengan cara memahami proses dan mekanisme asimilasi mikroplastik dalam jaringan manusia serta efeknya terhadap kesehatan manusia, kita dapat menilai besar risiko yang ada. Metode ini mengadopsi kerangka kerja analisis risiko keamanan pangan untuk mengevaluasi bahaya dan risiko makanan laut yang terkontaminasi dengan mikroplastik terhadap konsumen. Dengan demikian, dampak mikroplastik pada kesehatan manusia dapat diketahui.

Penulis: Azmilatussalmah Fauziah

Contoh 4

Pentingnya Mengetahui Faktor Pencetus Asma pada Anak Sejak Dini

Sumber: FKM UNAIR

Asma adalah penyakit gangguan pernapasan yang dapat menyerang anak-anak hingga orang dewasa, tetapi penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak. Asma didefinisikan sebagai suatu kondisi gangguan pada sistem pernapasan yang menyebabkan penderita mengalami mengi (wheezing), batuk, dan sesak napas.

Secara medis, penyakit asma sulit disembuhkan, hanya saja penyakit ini dapat dikontrol sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pengendalian asma dilakukan dengan cara menghindari faktor pencetus asma, yaitu segala hal yang menyebabkan timbulnya gejala asma. Asma dapat muncul karena reaksi terhadap faktor pencetus yang mengakibatkan penyempitan dan pembengkakan pada saluran pernapasan atau reaksi hipersensitivitas.

Faktor pencetus asma banyak dijumpai di lingkungan baik di dalam maupun di luar rumah, tetapi anak dengan riwayat asma secara genetik atau keturunan memiliki risiko lebih besar terkena asma. Setiap penderita asma akan memiliki faktor pencetus yang berbeda-beda dengan penderita asma yang lainnya, sehingga orang tua perlu mengetahui faktor yang menjadi pencetus asma pada anak mereka.

Penyebab dan faktor pencetus asma dibagi menjadi dua kelompok, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Pada faktor genetik, pemicu timbulnya penyakit dikarenakan anggota keluarga memiliki riwayat penderita penyakit asma, riwayat penyakit alergi, atau bisa juga karena terlahir secara prematur. Sedangkan pada faktor lingkungan, pemicunya berasal dari luar tubuh, seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, udara dingin, flu dan infeksi, debu, kelembaban dalam rumah, serta alergen.

Berdasarkan hasil analisis data Riskesdas tahun 2013, risiko penderita asma lebih tinggi terjadi pada anak laki-laki dibandingkan perempuan dan dialami pada kelompok masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah. Selain melalui keluarga yang memiliki riwayat asma, risiko anak menderita asma akan lebih tinggi apabila orang tua merupakan mantan perokok. Begitu juga dengan bahan bakar memasak yang tidak aman akan menyebabkan risiko anak menderita asma menjadi semakin tinggi.

Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak, orang tua harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai hal-hal yang berpotensi menjadi pencetus asma pada anak, salah satunya dengan berkonsultasi dengan dokter mengenai gejala dan tindakan yang tepat untuk dilakukan terkait pengobatan asma pada anak. Meskipun penyakit asma tidak dapat disembuhkan secara total, namun penyakit ini dapat dikendalikan keparahannya.

Penulis : Naila Putri Kamila

Contoh 5

Mengapa Harus Tidur Minimal 8 Jam pada Malam Hari?

Sumber: FKM UNAIR

Oleh: Nathania Indrawati

Tidur merupakan aktivitas yang terjadi di alam bawah sadar manusia dan menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia. Kuantitas dan kualitas tidur seseorang memiliki pengaruh dalam aktivitas manusia sehari-hari. Kondisi kurang tidur atau gangguan tidur (sleep deprivation) kerap ditemukan pada kalangan remaja hingga dewasa (Fazhilah, 2020). Kualitas tidur yang baik, antara lain memiliki durasi tidur yang cukup, yaitu sekitar 7-8 jam setiap hari, tidak sering terbangun saat tidur, dan dapat tertidur dengan mudah setelah 30 menit berbaring (Sulana, 2020).

Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Fazhilah (2021), survei indeks pola hidup sehat American International Assurance (AIA) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia hanya dapat merealisasikan waktu tidur mereka 6 jam setiap harinya pada malam hari karena padatnya aktivitas yang kian meningkat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rianto, et al (2022), kualitas tidur yang tidak baik akan berdampak pada kekambuhan hipertensi yang terjadi pada lansia. Kualitas tidur yang buruk dapat mengubah hormon stres kortisol dan sistem saraf simpatik sehingga terjadi peningkatan tekanan darah pada lansia.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gunarsa, et al (2021), seseorang (siswa) yang memiliki kualitas tidur buruk akan mendapatkan dampak negatif di dalam tubuhnya, yaitu mengganggu regenerasi sel dan keseimbangan metabolisme tubuh. Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh tertentu karena tidak diberi waktu untuk istirahat yang cukup. Namun, seseorang yang memiliki kualitas tidur baik akan mendapat berbagai dampak positif bagi tubuh, seperti tidak mudah terserang penyakit, dapat menjaga keseimbangan mental, meningkatkan kesehatan tubuh, stres pada paru, kardiovaskular, endokrin, dan lain sebagainya dapat berkurang (Putra & Kriswanto, 2019).

Demikianlah paparan mengenai kumpulan contoh artikel ilmiah populer tentang kesehatan yang singkat, pendek, dan sesuai struktur.

Baca Juga: 6 Contoh Artikel Ilmiah, Lengkap dengan Ciri-ciri yang Baik dan Benar

Baca artikel dan berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm