Bagikan :
Penajam, Sonora.ID - Lonjakan harga beras belakangan ini turut menuai perhatian DPRD Penajam Paser Utara (PPU).
Sekretaris Komisi II DPRD PPU Sujiati mengungkapkan, kenaikan harga beras sebenarnya disambut rasa senang karena berimbas pada kenaikan penghasilan petani.
"Harga beras naik ya senang dan tidak senang. Senang karena petani yang panen juga bisa sejahtera. Tapi memang panen berkurang maka harga beras naik.
Selama ini kalau musim panen, standar harga dari petani Rp8 ribu per Kg tapi sekarang menjadi Rp14 ribu per Kg," kata Sujiati, Rabu (21/2/2024).
Kenaikan harga beras, terutama produksi Babulu PPU, kata Sujiati, sebenarnya bisa ditekan asalkan persoalan sumber air untuk irigasi atau pengairan bisa teratasi.
Baca Juga: Pj Bupati PPU Tinjau Pembangunan Bandara VVIP
Selama ini, lahan persawahan di wilayah PPU masih mengandalkan sistem tadah hujan. Kondisi ini menyulitkan bila memasuki musim kemarau.
Peningkatan kebutuhan beras di wilayah PPU, seiring dengan kehadiran IKN, kata Sujiati bisa saja dipenuhi dari produksi padi di Babulu.
"Tidak masalah, paling utama adalah masalah pengairan bisa diselesaikan dulu sehingga petani pangan bisa panen dua kali dalam setahun maka harga akan stabil. Kalau bisa dua kali panen itu sudah luar biasa," ujarnya.
Untuk mengantisipasi lonjakan harga beras, rencananya akan digelar pasar murah sehingga masyarakat bisa memperoleh beras dengan harga terjangkau.
"Kami berencana untuk mengeluarkan cadangan beras untuk pasar murah karena stok pangan juga tidak besar karena kegagalan panen akibat kemarau panjang sebelumnya," ujarnya. (Adv / DPRD PPU)
