Segala jenis kemalangan atau musibah yang menimpa manusia merupakan bagian dari ujian Tuhan terhadapnya.
Maka jika manusia mampu melewatinya dengan penuh kesabaran dan tetap mempertahankan imannya bahwa segala hal yang dialaminya merupakan kehendak Allah Swt dengan mengekspresikannya melalui kalimat istirjā’, maka merekalah yang masuk dalam kategori orang-orang yang sabar dan dijamin oleh-Nya untuk mendapatkan ampunan (maghfirah) dan rahmat-Nya, serta digolongkan menjadi orang-orang yang mendapatkan petunjuk (muhtadūn), sebagaimana lanjutan firman Allah Swt pada Q.S. Al-Baqarah [2]: 157:
“Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Jemaah yang dirahmati Allah,
Kondisi yang kurang beruntung itu mendapatkan tempat yang spesial dan dimuliakan oleh Allah Swt di bulan Ramadan yang mulia.
Bagi mereka yang ditimpa dengan cobaan kurangnya makanan dan kesempitan rezeki, mereka ditempatkan oleh Allah Swt sebagai golongan yang harus diperhatikan selama bulan Ramadan.
Syariat zakat fitrah yang termaktub dalam Q.S. At-Taubah [9]: 60 dan 103, menjadi bukti bahwa Islam begitu memperhatikan kalangan mustadh’afīn.
Nabi Muhammad saw dalam hadisnya juga bersabda bahwa zakat tidak hanya diperuntukkan untuk membersihkan harta bagi golongan yang beruntung secara finansial, namun juga sebagai bantuan yang penting bagi mereka yang kurang beruntung.
“Rasulullah mewajibkan zakat fitrah sebagai penyuci bagi diri seorang yang puasa dari segala hal keji dan sia-sia, serta sebagai bahan pangan untuk kaum miskin”. (H.R. Abu Daud).
Dalam sabdanya yang lain, Nabi Muhammad saw merupakan sosok yang paling dermawan ketika bulan Ramadan, dan sebagai umatnya, kita seyogianya mampu meneladaninya.
“Rasulullah merupakan orang yang paling dermawan di tengah manusia dan juga yang paling dermawan ketika bulan Ramadan”. (H.R. Tirmidzi).
Hadirin hafizhakumullah,
Selanjutnya bagi kalangan yang ditimpa sakit yang menyebabkan ketidakmampuan berpuasa, maka mereka diberikan keringanan untuk mengganti puasanya baik melalui qadha’ maupun fidyah. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 184:
“Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin.”
Jemaah yang mulia,
Lalu bagi orang yang meninggal di bulan Ramadan, sejatinya di bulan Ramadan pintu-pintu surga dibuka, dan hal ini yang menjadi pesan bahwa meninggal dalam kondisi menjalani ketaatan di bulan Ramadan menjadi salah satu tanda atas statusnya sebagai ahl aljannah.
Maka pada hakikatnya, kesedihan hanya bagi keluarga dan kerabat terdekatnya namun tidak bagi orang yang diwafatkan di bulan Ramadan.
Nabi bersabda:
“Ketika Ramadan datang, maka pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka dikunci serta setan-setan dibelenggu”. (H.R. Muslim).
Islam tidak hanya memuliakan bulan Ramadan dengan syariat puasa Ramadan di dalamnya. Allah Swt menjadikan Ramadan sebagai bulan yang mulia dengan juga memuliakan mereka yang kurang beruntung dengan membawa sekian banyak perhatian dan fadhilah melalui firman-Nya dalam Al-Qur’an dan sabda Nabi-Nya dalam hadis.
Maka bulan Ramadan tidak hanya merupakan bulan Al-Qur’an, namun juga bulan diamalkannya setiap ajaran Al-Qur’an yang ditubuhkan dalam diri dan dibagikan kepada sesama.
Link PDF Teks Khutbah Jumat 7 Maret 2025
Untuk mengunduh teks di atas secara lebih lengkap, Anda bisa klik link PDF teks Khutbah Jumat di bawah ini.
Link PDF Teks Khutbah Jumat 7 Maret 2025
Itulah contoh teks khutbah Jumat 7 Maret 2025 lengkap dengan link PDF untuk mengunduhnya. Semoga bermanfaat.
Baca Juga: Link PDF Teks Khutbah Jumat 28 Februari 2025: Puasa Ramadan untuk Kesehatan Mental
Baca artikel dan berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.