Indonesia Miliki PLTS Terapung Pertama Dan Terbesar Berlokasi Di Waduk Cirata Jawa Barat (
Sonora Bandung/ Indra Gunawan)
Bandung, Sonora.ID - Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata yang terbesar se-ASEAN mulai dibangun. Kick off pembangunan ini ditandai dengan seremonial memasukkan modul solar panel (water breaking) ke Waduk Cirata, Purwakarta, Jawa Barat.
"PLTS Terapung Cirata ini merupakan salah satu dari 16 kerja sama yang telah disepakati antara Indonesia dan Uni Emirat Arab. Kami berharap semoga proyek ini dapat menjadi inspirasi bagi perusahaan-perusahaan besar lainnya untuk berkontribusi dalam pemanfaatan dan pengelolaan energi terbarukan khususnya energi surya," jelas Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana, dalam sambutannya pada acara 'Project Kick Off Ceremony 145 MW Cirata Floating PV Project' di Waduk Cirata Purwakarta, Kamis (17/12/2020).
Lebih lanjut Dadan mengatakan, bahwa proyek PLTS terapung ini bagian dari upaya menggali potensi energi surya di Indonesia yang sangat besar, yakni mencapai 207 Giga Watt (GW).
Sementara pemanfaatan energi surya menurutnya saat ini baru 150 mega watt (MW). Dia berharap agar energi surya bisa memberikan kontribusi yang signifikan dalam mencapai target bauran energi nasional ke depannya.
"Kementerian ESDM terus mendorong pemanfaatan energi surya secara optimal dengan melibatkan seluruh stakeholder," ungkapnya lagi.
Dadan menambahkan, Kementerian ESDM sudah memetakan pemanfaatan energi surya sampai dengan 2024.
"Salah satu aplikasi yang baru di Indonesia adalah PLTS terapung yang terpasang di Waduk Cirata, Purwakarta. Ini salah satu proyek strategis nasional," tambahnya.
Selanjutnya Dadan mengatakan, proyek PLTS Terapung Cirata ini merupakan proyek yang dikerjakan pengembang swasta atau Independent Power Producer (IPP). Dalam proyek ini, PT Pembangkitan Jawa Bali Investasi (PJBI) bekerja sama dengan Masdar, yang merupakan anak perusahaan dari Mubadala Investment Company, perusahaan investasi global Uni Emirat Arab (UEA).
"Investasi yang diperlukan dalam mebangun PLTS Terapung ini sebesar US$ 129 juta. Diproyeksikan, bisa memproduksi listrik 200 GWh per tahun," ucap Dadan.
Selain itu, proyek ini meningkatkan peran industri lokal dalam kaitannya industri modul surya dan juga industri solar porter, Lalu menjadi sarana hubungan bilateral antara Indonesia dengan negara timur tengah khususnya UEA kaitannya pengembangan investasi di bidang energi.
Selaku perwakilan dari daerah, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat, Setiawan Wangsaatmaja dalam sambutannya mengatakan, bahwa pembangkit listrik terapung ini sangat ramah lingkungan. Selain itu, merupakan pembangkit terapung pertama terbesar di Indonesia dan Asean.
"Ini terbesar dan pertama yang terapung di Indonesia, bahkan di Asean dengan 145 megawatt. Nah ini adalah yang betul-betul pembangkit listrik yang sangat ramah lingkungan karena kita mengikuti Paris Agreement yang isinya mengawal reduksi emisi karbon dioksida," ucap Setiawan.
Sementara itu, Masdar Chief Executive Officer Mohamed Jameel Al Ramahi mengungkapkan Indonesia adalah mitra yang sangat penting bagi Masdar. Proyek ini akan berkontribusi langsung pada percepatan infrastruktur ketenagalistrikan di Indonesia dan meningkatkan pangsa energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional 23 persen di 2025.
"Proyek ini merupakan tonggak penting bagi Masdar dan wilayah ini dan kami telah memilih Indonesia," kata Mohamed Jameel Al Ramahi.
Seperti diketahui, kesepakatan perjanjian jual beli listrik (Power Purchase Agreement/ PPA) antara konsorsium PT PJBI dan Masdar dan PT PLN (Persero) yang telah ditandatangani pada 12 Januari 2020 lalu di Abu Dhabi. Adapun harga jual beli listrik yang ditetapkan yaitu sebesar 5,82 sen dolar per kWh.
PLTS ini disebut-sebut menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, mengalahkan PLTS di Filipina, Cadiz Solar Power Plant sebesar 132,5 MW. PLTS Terapung ini akan dibangun di atas Waduk Cirata, Purwakarta, seluas hampir 240 Ha dengan target konstruksi selama 16 bulan.