Find Us On Social Media :
(freepik.com)

Pentingnya Merawat Kewarasan Mental di Tengah Ketidakwarasan Pandemi

Fauzi Ramadhan - Selasa, 18 Januari 2022 | 19:00 WIB

Sonora.ID - Pandemi Covid-19 telah merampas hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Kita yang terbiasa bepergian tanpa menggunakan masker, kini harus memakainya demi mencegah penularan virus. Selain itu, kita juga diwajibkan untuk berkegiatan di rumah dan menjaga jarak satu sama lain. Hal ini sangat bertolak belakang dari kehidupan sebelum pandemi.

Berbagai penelitian telah menyatakan bahwa masyarakat di seluruh dunia mengalami stres akibat pandemi ini. Bahkan, kasus-kasus seperti bunuh diri marak ditemukan.

“Perubahan akibat pandemi ini bersifat masif, mendadak, dan meliputi banyak aspek sehingga ini menjadi faktor stres yang besar sekali,” ujar penggagas Into The Light Indonesia, organisasi yang berkecimpung di isu kesehatan mental dan bunuh diri, Benny Prawira Siauw, dalam episode “Benny Prawira Siauw: Keeping Sanity in Era of Insanity” pada siniar OBSESIF

Baca Juga: 5 Manfaat Musik untuk Kesehatan Fisik, Mental, dan Performa Aktivitas berdasarkan Penelitian

Pandemi ini seperti efek domino yang mengakibatkan banyak aspek kehidupan menjadi terdampak. Aspek-aspek tersebut menurut Benny meliputi ketidakcukupan ekonomi, sulitnya mencari pekerjaan, dan protokol kesehatan yang sangat ketat sehingga mengakibatkan terganggunya worklife balance serta kebiasaan sosial. Selain itu, Benny menambahkan bahwa ketakutan akan infeksi virus juga mengakumulasi stres yang sudah dialami. 

Menyikapi fenomena tersebut, Benny mengungkapkan bahwa pandemi adalah momen yang tepat untuk seseorang menjadi vulnerable dan sadar dengan kesehatan mentalnya. “Kita tidak bisa memaksakan diri kita untuk berada dalam posisi seolah-olah ini tidak sedang pandemi,” ujarnya. Justru, ketika seseorang memaksakan dirinya, itu bisa menjadi sumber malapetaka.

It’s completely okay to be at that point,” ujar Benny. 

Benny kemudian menjelaskan mengenai tanda-tanda orang kelelahan akibat situasi pandemi ini, yaitu kehilangan minatnya secara perlahan, tidak merasa segar setiap bangun pagi, perubahan pola makan dan tidur, serta menganggap hidup jadi biasa-biasa saja. Kemudian, dari kelelahan ini, seseorang akan mengalami stres jika tidak ditangani dengan baik.

Menambah kepelikan dalam pandemi, ada fenomena yang disebut self-diagnose yang umum dilakukan akibat rasa keingintahuan untuk mengobati stres. Secara singkat, self-diagnose adalah upaya mendiagnosis sendiri berdasarkan informasi yang didapatkan secara mandiri. “Padahal, diagnosis sendiri adalah proses yang seharusnya  dilakukan oleh profesional,” ujar Benny. 

“Mereka menilai kondisi kita secara objektif dibanding diri kita sendiri,” ucapnya.