Meski Tidak Dianjurkan, Pemkot Makassar Ngotot Gunakan Rapid Test

17 Juli 2020 17:35 WIB
Ilustrasi rapid test
Ilustrasi rapid test ( )

Makassar, Sonora.ID - Pemerintah Kota Makassar memastikan tetap akan menggunakan rapid test untuk mendeteksi virus Covid-19.

Kebijakan tersebut bertolak belakang dengan rekomendasi Kementrian Kesehatan. Dimana, penggunaan alat rapid test tidak dianjurkan.

Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 413 tahun 2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19.

Baca Juga: 1.500 Petugas PPDP Pilkada Kota Balikpapan Jalani Rapid Test

Pj Walikota Makassar, Rudy Djamaluddin mengatakan rapid test cukup membantu dalam mendeteksi awal Covid 19, meski hasilnya tidak akurat. Sebelum dilanjutkan dengan test swab atau polymerase chain reaction (PCR).

"Jadi kalau saya ingin katakan begini, jadi apakah rapid test atau pcr, itu sebenarnya bagian dari diagnosa. Hanya mungkin saja keputusan Menkes berpikir supaya tidak ada kebingungan apa yang harus diikuti di dalam mengambil keputusan apakah Covid atau tidak," ujar Rudy saat ditemui di Posko Covid-19 Makassar, Jl Nikel Raya, belum lama ini.

Rudy menambahkan semua alat diupayakan pihaknya untuk digunakan sebagai diagnosa covid. Termasuk pengukur suhu tubuh. Jika suhu di atas 37,5 derajat, dianjurkan untuk mengikuti rapid test dan tes pcr atau swab.

Baca Juga: THM di Makassar Belum Boleh Buka, Hanya Restoran Didalamnya yang Buka

"Kalau kita berada di kondisi begini menurut saya semua alat digunalan diagnosa, apapun hasilnya. Karena rapid sudah diakui bahwa orang yang rapid ada yang reaktif ada juga yang (ternyata) positif covid. Tetapi yang saya ingin katakan, ukur suhu itu bagian diagnosa yang bisa digunakan sebagai data awal untuk melakukan swab," jelasnya.

Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar Naisyah Tun Azikin mengatakan pihaknya tidak bergantung pada hasil rapid test yang dilakukan.

Pihaknya memastikan, mereka yang dinyatakan positif Covid-19 di Makassar seluruhnya berdasarkan hasil swab.

Naisyah menambahkan uji swab tidak bisa dilakukan secara massal, karena keterbatasan alat.

Baca Juga: Penjelasan Disdik Makassar Menanggapi PPDB yang Banyak Masalah

"Masa semua orang mau kita Swab. Banyaknya itu. Jadi kita screening dulu dengan rapid test," ujar Naisyah.

Dalam kesempatan itu, Naisyah juga menjelaskan sejumlah fenomena medis terkait dengan rapid test untuk mengetahui seseorang positif Covid-19 atau tidak.

Pada pemeriksaan awal, bisa saja hasil negatif. kemudian pemeriksaan berikutnya positif. Begitu juga dengan sebaliknya.

"Banyak yang positif rapid test tapi pas melakukan Swab ternyata negatif,” ungkapnya.

Naisyah menjelaskan pemeriksaan cepat melalui rapid tes hanya mampu mendeteksi antibodi seseorang, bukan virus Corona.

Baca Juga: Pedagang dan Pembeli di Pasar Keputran Surabaya Jalani Rapid & Swab Massal

Dalam pemeriksaan tersebut, bisa terjadi kesalahan deteksi atau yang diistilahkan false positive dan false negatif.

Dia mengatakan hasil pemeriksaan false positif tidak berarti seseorang benar terinfeksi virus Covid-19.

Sementara, false negatif juga bukan berarti seseorang tidak terinfeksi.

Pihaknya menganjurkan untuk melakukan kontrol setelah 10 hari kemudian.

“Setelah 10 hari dan melakukan pemeriksaan dan hasilnya negatif maka memang negatif," senada Epidemiolog Universitas Hasanuddin Ansariadi saat dikonfirmasi.

Baca Juga: Jalani Rapid Test, 3.845 Petugas KPU Kabupaten Semarang Non-Reaktif

Menurutnya, rapid test tidak efektif untuk penanganan Covid-19. Tes itu tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi apakah seseorang terpapar atau tidak.

"Rapid test itu bukan alat diagnostik. Bukan untuk memastikan apakah seseorang terpapar Covid-19. Fungsinya hanya untuk menyaring, kira-kira orang itu pernah terpapar oleh  mikro organisme lainnya yang menyebabkan terjadinya peningkatan antibodi," ujarnya.

Menurut Ansariadi, rapid test hanya berfungsi untuk menyaring orang-orang yang antibodinya sedang bermasalah.

Di memastikan, seseorang terbukti terpapar Covid-19 hanya dengan pemeriksaan lanjutan, yakni PCR swab test.

Selain itu, rapid test hanya dapat mengetahui antibodi seseorang reaktif atau tidak, jika orang terpapar virus setelah empat hari atau seminggu lebih.

Baca Juga: Cegah Penularan Covid-19, Pj Walikota Makassar Minta Petugas Lebih Tegas

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm