Karena Cuaca Buruk, Produksi Garam Amed Tidak Beroperasi Sementara

20 Januari 2021 13:15 WIB
Karena Cuaca Buruk, Produksi Garam Amed Tidak Beroperasi Sementara
Karena Cuaca Buruk, Produksi Garam Amed Tidak Beroperasi Sementara ( Tribun bali)

Bali, Sonora.ID - Dampak dari cuaca yang tidak bersahabat belakangan ini menyebabkan petani garam di Purwakerti, Kecamatan Abang, Karangasem, Bali, sementara tak beroperasi.

Pemberhentian sementara ini telah dilakukan dari bulan November 2020 hingga Januari 2021.

Dikutip dari Tribun Bali, petani garam akan kembali berproduksi setelah cuaca membaik.

Ketua Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Garam Bali, Desa Purwakerti, Nengah Suanda menjelaskan, petani garam yang masuk di MPIG diliburkan sementara hal ini disebabkan intensitas hujan yang tinggi dan ditambah tingginya ombak pantai.

Baca Juga: Harga Kedelai Meroket, Pengrajin Tempe di Palembang Mogok Produksi

Tak beroperasinya petani garam ini akan berdampak terhadap proses pengeringan garam.

"Dari bulan November sudah tak operasi. Sampai kapan libur? belum bisa dipastikan. Sampai hari ini masih hujan. Semoga cuaca sekitar segera membaik, sehingga petani garam kembali beraktivitas seperti semula," harap Ketua MPIG Garam Bali, Nengah Suanda, Selasa 19 Januari 2021.

Menurut ketua MPIG Garam Bali,  sebagian besar anggota MPIG saat ini bekerja di dalam.

Diantaranya menyortir serta mengemas stok garam tahun sebelumnya, yaitu tahun 2019 serta 2020.

Baca Juga: Cuaca Buruk, Begini Upaya Pertamina Penuhi Kebutuhan BBM di Masa Nataru

Dikakatan pasokan garam yang masih di gudang yakni produk yang siap dikirim ke beberapa daerah di Indonesia seperti Jawa Barat dan Jakarta. Untuk stok garam tahun sebelumnya masih berada dikisaran angka 25 sampai 30 ton.

Selain itu untuk produksi garam Amed mengalami peningkatan. Petani di MPIG mampu memproduksi sekitar 1.500 kilogram selama bekerja.

Meningkatnya produksi garam karena masih ada permintaan garam dari Hotel Restaurant. Sampai saat ini garam Amed sudah mulai dikenal banyak orang.

Baca Juga: Kristen Gray dan Pasangannya Sesama Jenis Dideportasi dari Indonesia

Di tengah pandemi penjualan mengalami penurunan, tapi permintaan per bulannya tetap ada di tengah pandemi Covid-19.

Permintaan garam Amed ini banyak datang dari Jakarta, Tanggerang, dan kota sekitar Jawa Barat.

Untuk harga sendiri, garam Amed ini tidak mengalami peningkatan, masih sama seperti tahun lalu.

Harga per kilogramnya sekitar Rp 35.000, itu harga garam curah alias belum dikemas, sedangkan harga garam kemasan harganya berbeda.

Baca Juga: 3 Hari Telah Berlangsung PPKM di Bali, Satgas Prov Bali Gencarkan Penertiban Prokes

Satu bungkus ukuran 100 gram bisa mencapai Rp 20.000 sampai Rp 25.000. Harganya tergantung isi.

Untuk meningkatkan permintaan dan produksi garam Amed setiap bulannya MPIG serta warga berharap, Pemerintah Daerah (Pemda) Karangasem juga terlibat dalam mempromosikan garam Amed.

Baca Juga: Wali Kota Rai Mantra Hingga Wakil Walikota Jaya Negara Tak Divaksin Covid-19 Sinovac, Ini Penyebabnya

SumberTribun Bali
PenulisJoni Putra
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm