Pergerakan Ekonomi yang Terlalu Cepat Picu Taper Tantrum, Apa Itu?

8 Juni 2021 18:05 WIB
Ilustrasi uang Rupiah dengan Dolar AS.
Ilustrasi uang Rupiah dengan Dolar AS. ( Kompas.com)

Sonora.ID - Kebijakan pemerintah AS dalam mengatasi krisis pandemi Covid-19 dengan memberikan stimulus jumbo terbilang cukup berhasil membawa angin segar pada perekonomian, tercermin dari inflasi meningkat di bulan April 2021 sebesar 4,2% dari bulan sebelumnya sebesar 2,6%.

Namun, ketika perekonomian bergerak terlalu cepat pelaku pasar khawatir akan terjadinya Taper Tantrum.

Apa itu Taper Tantrum?

Taper tantrum, merupakan gejolak pasar keuangan akibat Bank Sentral (The Fed) mulai mengetatkan kebijakannya seperti meningkatkan suku bunga acuan, dan mengurangi stimulus (Quantitative Easing), sehingga memicu terjadinya capital outflow di negara-negara emerging market.

Baca Juga: IHSG Kembali Menuju 6.000! Inflasi dan Kegiatan Ekonomi Menjadi Motor

Kilas balik pada tahun 2013, ketika perekonomian AS mulai terlihat pulih setelah terjadi krisis ekonomi besar-besaran dari tahun 2008. Kemudian the Fed mengisyatkan untuk menghentikan kebijakan ultra longgar. Setelah dua tahun menanti, The Fed pun akhirnya menaikkan suku bunga di akhir tahun 2015.

Pada waktu itu selama dua tahun pasar keuangan dunia menghadapi kegalauan ketidakpastian suku bunga acuan AS, sehingga banyak pelaku pasar memborong dollar dengan harapan bisa meraup untung ketika suku bunga acuan naik.

Taper tantrum pun terjadi akibat permintaan dolar AS yang semakin meningkat, membuat mata uang negara lainnya melemah termasuk rupiah, bahkan rupiah kala itu dikisaran Rp9000/US$, terkontraksi menembus level Rp13.000/US$ di akhir tahun 2015.

Bagaimana dengan saat ini ?

Saat ini Bank Sentral AS (The Fed) memang masih menahan suku bunga acuan tetap rendah, Namun potensi kenaikan Federal Funds Rate bisa terjadi lebih cepat dari perkiraan. Konsensus pun menaikkan proyeksi inflasi tahun ini dari 1,8% menjadi 2,4%.

Inflasi yang bergerak cepat menunjukkan adanya pemulihan ekonomi, namun bisa menjadi pemicu terjadinya taper tantrum. Dimana ketika perekonomian negara maju bergerak lebih cepat, akan berdampak pada meningkatnya pembelian dolar dan kenaikan yield obligasi karena investor lebih memilih membeli surat utang yang dianggap lebih aman dibanding instrument berisiko lainnya.

Ketika investor asing lebih memilih menaruh dananya ke negara asalnya. Emerging market seperti Indonesia akan terkena dampaknya seperti nilai tukar semakin melemah, dan terjadi capital outflow yang menyebabkan pasar saham terkontraksi.

Baca Juga: Bukalapak, Pesaing GoTo di E-Comerce Siap Melantai di Bursa Efek

Namun, belajar dari masa lalu The Fed menyakini bahwa perlu pemahaman exit policy yang tidak boleh tergesa-gesa agar momentum pemulihan ekonomi di negara lain dapat terjaga terlebih di masa pandemi saat ini.

Indonesia pun saat ini kondisinya sudah berbeda dari tahun 2013 silam, secara makro pasar keuangan kita cukup menenangkan terlihat dari neraca perdangan ekspor impor yang masih surplus.

Kemudian cadangan devisa sebesar USD 138,8 miliar per April 2021 masih cukup untuk 10 bulan pembiayaan impor, kemudian porsi kepemilikan asing untuk obligasi Indonesia masih di bawah 30% sehingga likuditas kita dinilai masih kuat.

PMI Manufaktur kita juga meningkat di level 55,3 pada Mei 2021, dan memecahkan rekor ekspansi selama tujuh bulan berturut-turut sejak terjun di awal Pandemi tahun lalu, Meskipun potensi Taper Tantrum masih ada, Indonesia memiliki kesempatan untuk terus berbenah dan memperbaiki fundamental ekonomi, terlebih dalam akselerasi program vaksinasi yang menjadi fokus dalam mengakhiri pandemi.

Mau tahu lebih banyak tentang indikator makro yang berpengaruh ke perekonomian kita, dan strategi menghadapi market saat ini. Pelajari hanya di menu edukasi di Aplikasi Emtrade

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
90.4 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.0 fm
96.7 fm
99.8 fm
98.9 fm
98.8 fm
90.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
91.8 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
88.9 fm
101.8 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.8 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
102.1 fm