Palembang, Sonora.ID - Sebagai upaya memperkenalkan isu transisi energi, terutama di Sumatera Selatan, IESR melakukan kajian mengenai transisi energi dari batubara ke energi terbarukan serta dampaknya secara sosial ekonomi di Kabupaten Muara Enim.
Perwakilan Tim Riset IESR, Marta Jesica, menjelaskan bahwa kajian yang dilakukan oleh IESR belum mencapai analisis mengenai dampak potensial penurunan produksi batubara, namun sudah mengarah kepada isu-isu sosial yang terkait dengan perkembangan industri batubara di Muara Enim.
Beberapa isu sosial tersebut mencakup konsumerisme, dikarenakan pendapatan para pekerja tambang melebihi Upah Minimum Regional (UMR) dan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja sektor lainnya.
Hal ini berdampak pada peningkatan pengeluaran, menciptakan budaya konsumtif, yang dapat mengancam kesejahteraan jika pendapatan tersebut tiba-tiba berkurang.
"Bila nantinya terjadi penurunan produksi batubara, budaya konsumtif yang telah tumbuh di masyarakat akan sulit untuk dikendalikan jika pendapatan mereka secara signifikan berkurang. Ini menjadi dampak yang potensial dominan jika penurunan produksi batubara terjadi di Indonesia, khususnya di wilayah Muara Enim, Sumatera Selatan," kata Marta dalam wawancara dengan Sonora Palembang pada Selasa (26/09).
Baca Juga: Syukuran Hari Lalu Lintas Bhayangkara ke-68 tahun 2023 Polda Sumsel
Selain itu, dia menambahkan bahwa pemerintah daerah telah berusaha untuk mengembangkan dan mengeksplorasi potensi energi terbarukan, tetapi eksplorasi dalam bidang ekonomi hijau masih terbatas.
Lebih lanjut, dia menyatakan bahwa ini adalah tanggung jawab bersama, termasuk pemerintah dan sektor swasta, untuk mencari potensi ekonomi lainnya di Sumatera Selatan selain dari batubara.
"Ini memerlukan waktu dan penelitian untuk mengetahui potensi lain seperti perkebunan. Sejumlah perusahaan swasta, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), telah merancang rencana untuk mengubah bisnis mereka dari fokus pada batubara ke tahap hilirisasi batubara bahkan ke sektor ekowisata seperti misalnya pengembangan kota wisata Tanjung Enim atau kawasan industri di Tanjung Enim, tetapi masih belum optimal," tambahnya.
Dia menekankan pentingnya dua hal, pertama-tama, pemerintah daerah perlu mengeksplorasi sumber-sumber pembiayaan seperti Dana Bergulir Hibah (BBH) dan Corporate Social Responsibility (CSR), namun tidak menutup kemungkinan untuk kerjasama dengan investor asing guna mendukung proses transisi.
Kedua, pentingnya adanya transparansi dalam program-program pemerintah dan masa depan perusahaan.
Meskipun banyak program yang diterapkan oleh pemerintah, sektor swasta, dan BUMN untuk mempersiapkan model bisnis mereka dalam menghadapi isu transisi ini, masyarakat seringkali tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang hal ini.
Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk mengkomunikasikan dan mensosialisasikan apa yang direncanakan sehingga masyarakat dapat berkontribusi.
Marta Jesica berharap agar para jurnalis dapat mengakses data dengan baik karena mencari data membutuhkan sumber daya besar, dan jika data bersifat diperdebatkan, jurnalis dapat mempertanyakan dan memastikan bahwa data tersebut menjadi perdebatan terbuka, sehingga semua orang memiliki pemahaman yang seragam tentang isu tersebut.
Dengan data yang terbuka, jurnalis dapat melakukan eksplorasi yang lebih luas terkait dengan isu tersebut.