Bekasi,Sonora.Id - Pendidikan berkualitas dan menciptakan peserta didik yang berkarakter, disiplin dan memiliki nilai-nilai adalah salah satu pilar guna mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG 4).
Romo Bei Witono,SJ selaku Direktur Perkumpulan Strada yang dihubungi Redaksi Sonora mengatakan bahwa Live In para peserta didik SMA ini bertujuan mengembangkan semangat kepedulian terhadap sesama khususnya pada tempat-tempat jauh di pedesaan.
"Mereka akan terlibat dan belajar langsung di dalam masyarakat setempat, kemudian membantu apa saja yang baik dan dibutuhkan di sana sesuai dengan pedoman Live In ala Sekolah Strada," ujar Romo Bei.
Melalui kegiatan Live In ini diharapan para peserta didik akan semakin peka terhadap kebutuhan lingkungan, dan dapat membantu sesama, khususnya yang sangat membutuhkan bantuan secara lebih baik di kemudian hari.
"Membangun semangat empati, peduli, mandiri, kesederhanaan serta kasih akan sesama diharapkan dari kegiatan ini, sehingga karakter peserta didik akan terbentuk," tambahnya.
Baca Juga: Satu Abad Perkumpulan Strada: Bertekad Tingkatkan Kualitas SDM menuju Indonesia Emas 2045
Sementara itu Kepala Sekolah SMA Strada Bhakti Wiyata, Kranji, Bekasi Prima Setyaningrum, S.Pd,M.M mengatakan Strada BW memiliki cara inovatif yang telah diterapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah melalui program “live in” di desa.
"Program Live In SMA Bhakti Wiyata Kranji, Bekasi tahun 2025 ini adalah Program ke-4 yang berlangsung di Gereja Triniji Suci Ngaliyan, Paroki Santo Isidorius, Sukorejo, Temanggung, Jawa Tengah dari 12-17 Januari 2025," ujarnya.
Menurut Prima Program Live In SMA BW Bekasi 2025 melibatkan 152 peserta didik siswa-siswi kelas XI dengan melibatkan 11 guru pendamping serta akan tinggal di rumah keluarga-keluarga Kristiani. Mereka akan terlibat berbagai kegiatan orang tua asuh yang mereka tinggali hingga belajar kearifan lokal seperti belajar gamelan.
"Melalui program ini memungkinkan siswa untuk tinggal dan belajar di desa, memberikan pengalaman langsung yang dapat menghubungkan teori dengan praktik dan dapat merasakan bagaimana tinggal serta melakukan aktivitas sehari-hari kehidupan orang desa," tambahnya.
Adapun para orang tua peserta didik merespon secara beragam terkait Program Live In tersebut. Hal itu terekam dalam pertemuan daring melalui Zoom Meeting antara orang tua dan para guru pada Kamis, (9/1/2025).
Para orangtua diantaranya ada rasa kawatir dan sedikit ragu akan kegiatan tersebut, tetapi banyak juga yang merelakan dan menyambut positif kegiatan tersebut.
Kekawatiran para orang tua dinilai sesuatu yang wajar dan manusiawi karena sebagai bentuk rasa sayang dan cintanya orang tua kepada putra putrinya.
Kekawatiran diantaranya disampaikan orang tua peserta didik Mama Shane yang menanyakan kondisi tempat tidur, bagaimana para orang tua dapat berkomunikasi dengan putra-putrinya.
"Apakah nanti di lokasi Live In anak-anak akan tidur seperti camping/tidur dibawah. Lalu apakah tidak sebaiknya anak-anak diberikan alat komunikasi/gawai agar orang tua mengetahui kondisi anak-anak," ujar salah satu orang tua murid.
Sementara para orang tua yang lain juga mewanti-wanti dan mengingatkan panitia agar memilih dan selektif dalam memilih jenis kendaraan atau bus yang akan membawa peserta didik ke lokasi Live In di Temanggung, Jawa Tengah.
Merespon kekawatiran tersebut para guru pendamping Sekolah Strada BW Bekasi memastikan dan menjamim segala sesuatu mulai dari armada bus, tempat tinggal live in hingga potensi cuaca hujan di lokasi live in sudah dipersiapkan hingga dipertimbangkan dengan matang.
Untuk diketahui Live In adalah istilah yang mengacu pada pengalaman siswa-siswi tinggal atau menginap di lokasi dan keluarga tertentu selama waktu tertentu sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran atau eksplorasi.
Khusus kegiatan Live In di desa, artinya siswa tinggal bersama dalam salah satu keluarga di desa dan ikut merasakan kegiatan rumah yang siswa-siswi tinggali. Para peserta Live In ikut merasakan kegiatan setiap keluarga di desa seperti menanam padi/bercocok tanam, memberi makan hewan peliharaan, berkebun, hingga memasak secara tradisional masyarakat desa serta belajar kearifan lokal.