Meski Pahit, 5 Makanan Ini Justru Bermanfaat untuk Kesehatan

Sonora.ID - Rasa pahit pada makanan kerap membuat banyak orang enggan mengonsumsinya.

Padahal, rasa pahit tersebut biasanya berasal dari senyawa alami yang justru memberi manfaat bagi tubuh.

Ada berbagai cara memasak yang bisa mengurangi rasa pahit ini, namun penting untuk diketahui bahwa di balik rasanya yang kurang bersahabat, sejumlah makanan ini berperan dalam mencegah dan meredakan berbagai penyakit.

Pare memang dikenal karena cita rasanya yang pahit, namun sayuran ini umum dikonsumsi di berbagai wilayah Asia, Afrika, hingga Karibia. Pare mengandung beragam senyawa bioaktif, termasuk triterpenoid, flavonoid, dan polifenol, yang menunjukkan kemampuan memperlambat perkembangan sel kanker dalam studi pada hewan dan uji laboratorium. Selain itu, pare sering digunakan dalam pengobatan tradisional untuk menurunkan kadar gula darah, bahkan ada studi yang menunjukkan ekstrak pare 2.000 mg per hari mampu membantu menurunkan gula darah pada penderita diabetes. Tak hanya itu, pare juga disebut mampu menurunkan kadar kolesterol jahat jika dikonsumsi secara teratur.

Kelompok sayuran seperti kale, brokoli, dan brussel sprouts termasuk dalam jenis cruciferous yang dikenal karena cita rasanya yang agak pahit. Rasa ini berasal dari kandungan glukosinolat, senyawa alami yang dikaitkan dengan kemampuan memperlambat perkembangan sel kanker—meskipun bukti ilmiah pada manusia masih terbatas dan belum sepenuhnya meyakinkan. Di samping itu, glukosinolat berperan dalam mendukung kerja hati untuk mengelola racun, sehingga membantu proses pembersihan tubuh dari zat berbahaya.

Meskipun bunga dandelion populer sebagai bahan teh, bagian daunnya yang sedikit pahit juga bisa dimakan, terutama sebagai pelengkap salad. Daun ini mengandung berbagai mikronutrien esensial, termasuk vitamin A, C, dan K, serta mineral penting seperti kalsium, zat besi, dan mangan. Selain itu, kandungan lutein dan zeaxanthin dalam daun dandelion memberi manfaat protektif bagi kesehatan mata, terutama dalam mencegah gangguan degeneratif seperti katarak dan kerusakan retina terkait usia.

Kulit dari buah jeruk, termasuk lemon dan jeruk bali, mengandung kadar flavonoid yang tinggi—senyawa pahit yang secara alami berfungsi melindungi buah dari gangguan hama. Flavonoid utama seperti naringin dan hesperidin terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang kuat. Riset laboratorium dan hewan menunjukkan bahwa senyawa ini dapat membantu mengurangi peradangan, memperkuat mekanisme detoksifikasi tubuh, dan menghambat pertumbuhan sel kanker. Namun, manfaat ini masih perlu ditelusuri lebih dalam melalui studi klinis pada manusia.

Biji kakao yang menjadi bahan dasar cokelat memiliki rasa pahit alami jika belum diberi tambahan gula. Namun, kakao mengandung polifenol dan antioksidan yang sangat baik untuk kesehatan jantung. Studi menunjukkan bahwa mengonsumsi cokelat hitam secara rutin dapat menurunkan risiko penyakit jantung hingga lebih dari 50 persen. Kandungan dalam kakao membantu melebarkan pembuluh darah dan mengurangi peradangan, dua faktor penting dalam menjaga kesehatan kardiovaskular.

Kesimpulannya, makanan pahit bukan berarti harus dihindari. Justru, di balik rasa tak sedapnya, mereka menyimpan berbagai senyawa bermanfaat yang dapat melawan peradangan, menjaga kesehatan jantung, menurunkan risiko diabetes, hingga melindungi dari kanker. Senyawa seperti polifenol dan flavonoid adalah kunci dari manfaat tersebut.