Dia juga menambahkan makna dari Mandi Rupang adalah umat Buddha senantiasa menaati ajaran Sang Buddha.
"Selain itu, makna Mandi Rupang adalah agar kita harus menjaga kesucian batin kita, menjaga kita dan menaati semua ajaran yang diajarkan oleh Sang Buddha, "jelasnya lagi.
Biksu Lian Sui menyampaikan, semua umat Buddha memandikan Rupang karena tradisi ini dari dulu memang sudah ada sampai sekarang.
Tema nasional untuk Waisak 2025 adalah “Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan Mewujudkan Perdamaian Dunia”, dengan subtema “Bersatu Mewujudkan Damai Waisak untuk Kebahagiaan Semua Makhluk”.
"Tema yang diangkat tahun ini adalah kebijaksanaan, pengendalian diri kita supaya lebih baik," imbuhnya.
Pantauan Sonora.ID, umat Buddha tampak khidmat menjalankan ibadah di Vihara Vajra Bumi Kertayuga, Kubu Raya, pada Senin, salah satunya dalam menjalankan ritual Mandi Rupang.
Hari Raya Waisak dikenal sebagai Hari Trisuci Waisak merupakan hari raya terpenting bagi umat Buddha. Disebut Trisuci, karena di dalamnya ada tiga peristiwa suci. Pertama, berkaitan dengan lahirnya Siddharta Gautama. Kedua, Pertapa Siddharta menjadi Buddha, dan ketiga yaitu Buddha mencapai Perinirvana.
Tiga peristiwa suci tersebut terjadi pada bulan yang sama yaitu bulan Waisak, di bulan purnama atau setiap tanggal 15. Hanya tahunnya saja yang berbeda.
Salah satu umat Buddha yang beribadah di Vihara Vajra Bumi Kertayuga, Dany memaknai Hari Raya Waisak untuk mengingat kembali budi jasa Siddharta Buddha Gautama untuk lahir ke bumi dan memutar roda dharma. Serta mengajarkan Buddha Dharma untuk semua insan yang ada di dunia tanpa terkecuali.
"Harapan saya di Hari Raya Waisak ini kita harus mampu melepaskan ibaratnya batu yang ada dalam hati, supaya kita bisa hidup lebih leluasa kedepannya," katanya.