Hadirin kaum muslimin Jemaah salat Jum’at yang dimuliakan Allah Swt,
Idulfitri merupakan hari kemenangan kaum muslimin yang telah menyelesaikan satu bulan penuh ibadah puasa bulan Ramadan.
Dalam waktu sebulan penuh tersebut, kaum muslimin telah berhasil menahan lapar, haus, dan dahaga, serta mengendalikan pancaindra dan hatinya sebagai bentuk ketaatan akan perintah Allah Swt.
Kaum muslimin bahkan menyempurnakan ibadah puasa tersebut dengan menunaikan zakat fitrah, dengan asumsi untuk menyempurnakan ibadah puasa.
Jika di dalam ibadah puasa tersebut terkandung dosadosa kecil dan kemaksiatan yang menjadi terhalangnya penerimaan puasa oleh Allah Swt, maka atas keberhasilan tersebut, bergembiralah dan rayakanlah karena hal tersebut layak untuk dirayakan, sebagaimana tersebut dalam firman Allah Swt:
“Katakanlah (Muhammad), dengan karunia Allah dan rahmat-Nya itu, hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (Q.S. Yunus: 58).
Dalam merayakan kegembiraan dan kemenangan tersebut, Allah Swt masih memberikan petunjuk kepada kaum muslimin dengan cara mengagungkan asma Allah (bertakbir), yang kemudian dipraktikkan oleh kaum muslimin dalam bentuk takbir pada malam Hari Raya Idulfitri hingga pagi hari menjelang salat Id.
Pengungkapan kegembiraan dengan bertakbir tersebut merupakan kekhasan dari ajaran agama Islam, yang tidak meluapkan kegembiraannya dengan foya-foya atau mengumbar hawa nafsu, melainkan dengan mengingat Allah dan mensyukurinya.
Mengenai keadaan ini, Allah Swt berfirman:
“Dan hendaknya kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya agar kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Baqarah: 185).